Friday, March 17, 2006

"When I need love" pada vol 12 aja.


Pagi kemarin itu rencana aku mo menghadiri Seminar Kaum Perantau Bugis di Gedung Bentara Antar Budaya Palmerah Jakarta Barat. Para pembicara diantaranya Marwah Daud Ibrahim dan Andi Pabbotinggi. Sebagai pemerhati sosial aku tentu tertarik untuk kembali melakukan penulisan dengan serius, agar kian mantap untuk mengembangkan aktifitas sebagai Koordinator Jakarta Campaign For Burma. Makanya pagi itu aku mengenakan batik bunga, pantalon yang bernuansa butter-scott yang kayaknya terimbas oleh penampilan diajeng kemarin dulu. Kusandang juga tas jinjing yang bisa digantol yang berisi buku tulis dan kelengkapannya, juga DigiCam Canon A-70. Sambil sarapan kutabuh saja Julio Iglasias pada volume cukupan buat memusatkan pikiran dan menenteramkan emosi saja. Jam 08.30 diajeng tampak melintas dalam blus hitam dan celana panjang putih yang navy-look itu lho. Selesai nyarap aku langsung berangkat dengan harapan jam 9-10 sudah berada di lokasi karena acara akan dimulai jam 11.
Tatkala aku begerak disepanjang kali Cideng samping Sogo menuju Thamrin, agaknya diajeng tengah melenggang dengan tenang sekira 50 meteran didepan. Ketika sampai ke airterjun Plaza Indonesia, diajeng tengah meniti jembatan penyeberangan Nikko. Aku yakin diajeng gak melihat aku dibelakang nya, namun dianya tak berhenti di shelter Nikko tapi berjalan lurus kearah Sarinah. Jadi ingat 3 Jan yang lalu diajeng juga berhal demikian. Hemhhh, artinya kemungkinan diajeng gawenya tidak di Kebayoran seperti kata Garova. Di seperti tanggal 3 Jan itu dari jembatan penyeberangan tampaknya sosok diajeng "hilang" dibawah gerumbul pepohonan, dengan jembatan penyeberangan berikut sebelum yang di Sarinah. Apa di gedung Bank Mitra yah? Yo wis mulai sesoklah tak selidiki posisinya.
Aku lalu naik bus P.62 ke Slipi, terus ke kantor Dinas Pelayanan Pemakaman menemui isteriku buat mencairkan dana di BRI Petamburan. E-eh disana kok ada Rosadi semendaku yang 2 tahun lalu pernah kuminta klo mau ketemu isteriku jangan dikantornya tapi dirumah entah di Tangerang atau di markas Raison. Setelah mengomel seperlunya, maka ke Seminar pun menjadi kudu batal. Siangnya aku makan bersama isteriku, Euis dan Nurul di warung soto Wawan. Jam 13 aku kembali markas naik ojek.

Tatkala berkumandang adzan Maghrib, jam 18:20 diajeng tampak diujung jembatan. Dalam pandangan serong kiriku, sambil jalan diajeng tampaknya menatapiku yang tengah mencangkung di dasar pintu air Kopro Banjir kali Cideng. Entahlah klo penampilanku dalam sadaria merah bit itu mungkin seperti jin botol. Lalu dengan langkah tenang diajeng memasuki mulut KK40.
Kesan mengamatiku terasa juga ketika diajeng keluar dari warung Betty sehabis beli gorengan terigu buat nyamikan di kamarnya. Wajahnya serasa menatapi tempat aku berdiri dalam gelap.
Bisa jadi bayanganku masih kentara di cahaya layung senja itu. Subhanallah walhamdulillah.

No comments: