Sunday, April 30, 2006

Rini lagi sutris.


Jam 22.05 Rini tampak memasuki teras wartel menjelang ambu ke RM Sunda. Keduanya kuperkenalkan.
"Oh ini yang gadis Palembang itu ya." Kekeh ambu sambil menyalami Rini.
"Ini ya isteri pakcik. Cantik lho." Seru Rini sambil menatapi wajahku.
"Iyolah Rin. Mada-i pakcik kau nih jugo ganteng kok." Tawaku menggodai.
Keduanya lalu saling pamit dan Rini mengikutiku ke wartel.
Wajah Rini tampak kuyu dan muran.
"Kamu nih ngapo Rin? Rai kamu pecak kuyu."
"Aku kan memang biasa begini pakcik." Elaknya.
"Iyolah. Tapi maini kamu tuh bedo nian. Ado apo?"
"Idaklah pakcik." Jawabnya sambil mengusapi kedua matanya.
Aku lalu masuk ke mkonter kasier karena ada yang mau bayar.
"Dhani kemano Rin?"
"Ini aku mau telepon ke kosannya."
"Idak begawe Dhani kau tuh?" Surengku.
"Idak pakcik. Dio ado bae." Murungnya.
"Kamu susah tidur ya. Jangan2 maag kamu kumat."
"Iya pakcik. Malahan semalam aku seperti yang pingsan."
"Pingsan apo kemanjingan?" Kekehku mendengar jeritnya tatkala pupijati telapajk tangan kirinya.
"Iyolah. Kamu tuh saking cemas gelisah gak mau makan dan sulit tidur. Tunggulah barang 5 menuit lagi ya. Aku lagi berusaha mencuplik gambar buat disisipkan nke blog." Rini menunggu di kursi.
Tapi 2 menit kemudian Rini ngotot pamit karena merasa mengantuk ingin segera tidur.
Aku mencoba mnahannya agar dianya bisa curhat sjenak buat melonggarkan beban bathinnya.
"Aduh pakcik aku dah dak kuat. Aku mengantuk sekali sampai dadaku berdegup. Kakiku juga serasa gak napak dan bibirku rasanya seperti kesemutan."
"Hemmh jangan2 gula darah kamu rendah. Ya udah balik sano tapi sebelum tidur bikin dulu teh nasgitel. Habiskan satu gelas es ya, biar ado tenago buat kamu tidur biar nyaman."
Kemudian Rini berlalu setelah sebelumnya memberikan nohape nya.
Jam 22:29 kukirimi sms tapi tak ada jawaban. Asumsiku Rini langsung tidur tanpa minum teh dulu.
Penggerusan tmedian telapak tangan kiri memang buat mengurangi sekresi asam lambung yang suka membuat mual gak napsu makan itu. Juga buat menenteramkan degup jantung bagi gangguan emosi berat yang menimbulkan rasa cemas yang berlebihan yang membuat terlepasnya adrenalin ke aliran darah.

Gerak lintas khas.


Sabtu senja, selagi baca ujung doa bakdal Maghrib sesaat mataku mengarah ke kaca jendela pas ke gerobag bakso mas Marno. Dari pancaran sinar petromak tampak sekilas gerak langkah khas diajeng melintas ke menara gading. Selesai berdoa kunyalakan lampu gantung, jam menunjuk ke angka 18:13.
Tampaknya mengenakan bluse entah kemeja cerah, entah kayak apa ayu nya tampilan diajeng dengan rambut yang diikat itu dikeremangan senja.
Mengawali malam Minggu di jam 19:03 dari jendela nako tampak tangan kanan diajeng memegang kresek hitam berisi bakso bungkus. Entah kelakar apa yang dilontarkannya sebelum beranjak pulang yang membuat mas Marno tersipu. Sederet gigi indah diajeng tampak mengkeredep ditawanya yang manis.
Ternyata busananya itu blus pink muda yang dipadunya dengan model celana pantai yang berbahan batik rereng. panorama itupun hanya berlangsung sesaat saja dimataku. Lumayan buat bekalan malam Minggu.

Yuli


Kalau cuma tampilan yang cantik, manis, molek, jelita, seksi, feodal, borjuis, gemerlap, pesohor, intelek, agamis, yang enak diajak berbincang apa saja. Perawakannya yang kayak bass-guitar atau bas-betot. Pembawaannya kayak bola bekel atau bola basket. Dari pelbagai kalangan profesi dan kualitas. Di wartel/warnet CV Raisson juga ada saja. Tapi yang sungguh mempesona hanya satu. Jeng Fiona saja yang berdaya magis. Keterpesonaan adalah ultima, yang melampui segenap perasaan dan emosi kasih sayang apapun di dunia ini. Percayalah Jeng.

Agnes



Kalau cuma tampilan yang cantik, manis, molek, jelita, seksi, feodal, borjuis, gemerlap, pesohor, intelek, agamis, yang enak diajak berbincang apa saja. Perawakannya yang kayak bass-guitar atau bas-betot. Pembawaannya kayak bola bekel atau bola basket. Dari pelbagai kalangan profesi dan kualitas. Di wartel/warnet CV Raisson juga ada saja. Tapi yang sungguh mempesona hanya satu. Jeng Fiona saja yang berdaya magis. Keterpesonaan adalah ultima, yang melampui segenap perasaan dan emosi kasih sayang apapun di dunia ini. Percayalah Jeng.

Monica


Kalau cuma tampilan yang cantik, manis, molek, jelita, seksi, feodal, borjuis, gemerlap, pesohor, intelek, agamis, yang enak diajak berbincang apa saja. Perawakannya yang kayak bass-guitar atau bas-betot. Pembawaannya kayak bola bekel atau bola basket. Dari pelbagai kalangan profesi dan kualitas. Di wartel/warnet CV Raisson juga ada saja. Tapi yang sungguh mempesona hanya satu. Jeng Fiona saja yang berdaya magis. Keterpesonaan adalah ultima, yang melampui segenap perasaan dan emosi kasih sayang apapun di dunia ini. Percayalah Jeng.

Lusi


Kalau cuma tampilan yang cantik, manis, molek, jelita, seksi, feodal, borjuis, gemerlap, pesohor, intelek, agamis, yang enak diajak berbincang apa saja. Perawakannya yang kayak bass-guitar atau bas-betot. Pembawaannya kayak bola bekel atau bola basket. Dari pelbagai kalangan profesi dan kualitas. Di wartel/warnet CV Raisson juga ada saja. Tapi yang sungguh mempesona hanya satu. Jeng Fiona saja yang berdaya magis. Keterpesonaan adalah ultima, yang melampui segenap perasaan dan emosi kasih sayang apapun di dunia ini. Percayalah Jeng.

Friday, April 28, 2006

Pancakuku punya gara2?


Puyeng juga rasanya gak bisa tidur. Awalnya sih keasyikan upload pic ke Pancakuku.
Saat Shubuh mata sepet tapi dipaksa tadarus sampai Al-Q 3:50, biar nantinya langsung plek tidur sampai datang waktu Jum'atan. Tapi hihhhh boro2 tidur karena pikiran masih nyantel di pics numpuk di kodenasab A.2.7. Mana nasab dari keluargaku sendiri lagi, matak bikin mokal ajah. Gulak gulik di kasur tiup tetap aja merem melek, akhirnya pesen mieayam buat nyarap karena perut keroncongan. Saat menunggu di jam 08:23 diajeng melintas dengan rambut diikat, gaun sarong hijau blus coklat, bersepatu coklat. Penampilan kok bisa kayak eskrim saja yah, matak ngiler pingin menjilati. Wiw. Setelah diajeng berlalu, pesananpun datang lalu kulahap saja sambil nulis ini. Gak minta kan? Kalau kurang tidur ujung2 syaraf rasanya gak karuan deh, mana kepala rasanya kopong lagi.

Raisson kara kombanwa, Lira-chan.




Kemarin aku 2x menerima miscall dari Lira, lalu semalam kupanggil saja yang diterimanya selagi makan dari tempat kosannya di Johar Baru. Begitu kukabarkan minggu depan aku kembali ke Tangerang, sore tadi Lira datang langsung dari tempat ngantornya di USAIDS. Terharu aku melihat tampilannya yang senyumannya masih tampak malu-malu itu. Kayaknya masih rikuh atas salah persepsi diantara kami tatkala dianya mengalamai sexual-harassment sewaktu tadabur 'alam di Batu Malang bulan lalu. Kami lalu mojok di pc #8 sambil membuatkan page Friendster baginya. Lira juga menerima panggilan telepon dari ibunya di Magelang. Bicara sesaat lalu hape diserahkan kepadaku karena ibunya ingin bicara. Ibunya menyatakan terimakasih karena aku telah turut menjaga putrinya yang 25 tahun itu. Juga minta doa restu agar selamat dari bencana Merapi yang bakal meletus. Subhanallah. Huh Lira, memangnya dah ceritera apa ke ibunya? Jangan2 ajah aku sampai dianggap dukun segala.

Kau dan aku.


saya adalah saya...........
dan kamu adalah kamu....
jangan berusaha merubah
tetapi cobalah menyatukannya.

hidup tidak akan berarti jika tidak berbagi
kesenangan dan kebahagian
timbul karena melihat sekitar
tersenyum dan mendoakan kita.

Wednesday, April 26, 2006

Hari hujan membuat gampang kebelet pipis deh.


Ingin melihat keadaannya sejak jam 08:05 aku sudah menunggu lintasannya di nako.
Namun sampai jam 08:45 diajeng tak tampak melintas. Aku lalu bergeser ke kios Lutfi sekalian menanyakan ketersediaan pesananku akan casing HP, tapi ternyata belum tersedia. Sambil ngobrol dengan para pedagang makanan kupandangi jalur menara gading sampai jam 09:15, kemudian aku kembali ke nako dan melanjutkan pengamatan sampai jam 09:30. Kemana ya? Jangan2 diajeng sudah berangkat ngantor sebelum jam 08. Mendadak aku terkena murus ringan. Apa karena stress ya.
Hari itu aku tak kemana mana dan rtencana keluar kota juga kubatalkan daripada kababayan dijalan.
Selepas Ashar aku juga menungguinya sambil bincang dengan juru parkir akan keadaan ekonomi yang kian seret, sambil berharap manatahu diajeng mungkin pulang menjelang Maghrib. Namun sampai adzan berkumandang diajeng tak kunjung tampak. Hujan mulai rintik dan aku bergegas mandi dan langsung shalat Maghrib. Kemudian memulai bacaan surat An-Nissa sampai 'Ain ke 6 menjelang Juz.
Saat itu jam 18:33 saat aku saling sapa sejenak dengan mas Marno penjual bakso belakang, dan hujan rudah reda. Diajeng tampak melintas agaknya terburu buru kayak yang kebelet kepingin pipis.
Kalau melihat gerakan kakinya yang cepat, kemungkinan diajeng mengenakan sandal atau sepatu berhak rendah. Rambut yang diikat seperti ekor kuda memperlihatkan kemolekan leher dan pipi yang kuning langsat. Dikenakannya kulot hitam dengan kemeja kuningtua berbahan halus dengan dua kancing atas yang terbuka memperlihatkan sepasang bukit yang elok. Subhanallah walhamdulillah.
Sesampai di menaragading istirahat sejenak, mandi lalu shalat terus makan nasi hangat. Hemmmh.

Sunday, April 23, 2006

Macanganjen.


Wandi masih libur di Sukabumi semoga besok pulang. Mana Ade baru bisa datang malam karena lagi sibuk dilapangan. Selagi menggantikan Jamal jadi operator sambil manfaatkan sound-system Kebab mencoba mendengarkan kaset Julio Iglesias, namun aku tak tahu pengoperasian mikro-kompo JVC CA-UXP38V. Manakala kukembalikan kaset ke mikro-kompo LG, mataku serasa tersedot magnit buat mengamati gerobak bakso mas Marno. Rupanya dijam 15:15 diajeng tengah membeli bakso bungkus bersama temannya yang mengenakan kaos panjang pink. Diajeng sendiri mengenakan blus coklat yang cantik dipadu dengan celana Hawai-i yang lucu. Rambutnya disanggul dengan apik. Alas kakinya sandal jepit biru hitam, memperlihatkan jemari yang bersih dan jempol kanan yang bagus. Meskipun warnet tengah ada user 5 orang, aku nekad aja duduk dan membakar rokok sambil mengamati diajeng dari celah jendela yang kebetulan terbuka gordinnya. Nanap kureguki wajah ayu dengan alis bulan sabit dan bentuk jemari tangan kanan yang rapi dan seperti biasa bersidakep ditangan kirinya kalau sedang menunggu. Sesekali tampak diajeng berbisik ke temannya yang menyambutinya dengan tawa yang tersembunyi dibalik jongko bakso. Kewatir ada yang mau bayar aku kembali ke depan sebentar, lalu balik lagi ke posisi pengamatan meneruskan duduk sambil merokok dengan hati yang berdebar. Maafkan kelakuanku ya jeng, habis kangen berat sih. Sesekali sorot matanya juga menembusi celah jendela kearah posisi dudukku. Sayang bentuk bibirnya tak kelihatan terhalang atap jongko. Dengan begitu senyuman yang teramat kurindu itu tak tampak meskipun kualitas raut wajahnya tampaknya lagi mudah senyum. Begitu selesai sepenerima bungkusan bakso diajeng tampak hadap kiri, lalu berjalan mengikuti temannya mengarah ke menara gading. Sungguh 5 menit yang fantastis membahagiakan. Selesai kumatikan rokok lalu kedepan karena kudengar printer LX-800 bekerja tanda ada yang baru selesai nelepon. Seorang lelaki tampak keluar menuju taksi yang menunggu. Kuambil struk sambil membaca jumlah Rp.2.557. Ketika kupanggil dianya memberikan sekeping koin 500, sambil bilang kalau dianya telah meninggalkan uang sejumlah Rp.2.900 dimeja konter. Subhanallah. Segera kuselesaikan dengan mengembalikan kelebihannya 300 perak dengan saling melontar kata maaf. Alhamdulillah.

Friday, April 21, 2006

Ria.


Kalau cuma tampilan yang cantik, manis, molek, jelita, seksi, feodal, borjuis, gemerlap, pesohor, intelek, agamis, yang enak diajak berbincang apa saja. Perawakannya yang kayak bass-guitar atau bas-betot. Pembawaannya kayak bola bekel atau bola basket. Dari pelbagai kalangan profesi dan kualitas. Di wartel/warnet CV Raisson juga ada saja. Tapi yang sungguh mempesona hanya satu. Jeng Fiona saja yang berdaya magis. Keterpesonaan adalah ultima, yang melampui segenap perasaan dan emosi kasih sayang apapun di dunia ini. Percayalah Jeng.

URL http://pancakuku.blogspot.com/


Berbeda dengan Pancakaki yang lebih mengetengahkan kuantitasi Data Untai Keluarga, ibarat kumpulan kaki2 yang badan dan kepalanya masing2 entah mau dibagaimanakan karena masing2 tegak mandiri terlepas satu sama lainnya. Pancakuku filosofis ibarat 5 kuku dari masing2 bilah tangan dan kaki. Kalau satu kuku bergerak maka 4 kuku yang lain dengan harmoni akan saling menyanggakan posisi. Bakdal Shubuh selagi memecah data Pancakaki kepada Pancakuku di pc #6, jam 06:15 Laura (Ni Luh Putu Laura Sarassitha, SE.) sudah menggedor gerbang katanya surat lamarannya belum ditandatangani. Maka titipan buat pos tercatatnya pun dibuka kembali dengan jalan dirobek amplopnya dengan gaya seperti yang lagi kebelet pipis karena di jam 06:30 Laura harus sudah masuk dinas pagi di Hotel Mandarin Oriental. Tadinya mau bantu memposkan suratnya dikantorpos pembantu Wisma Kosgoro Jl. MH Thamrin, ngantar Wandi karena dia yang ketitipan sekalian jalan ke Sukabumi.
Selagi nunggu waktu jam 08:22 tampak diajeng melintasi nako berbusana kemeja kuning gelap berpantalon hitam dengan sepatu hak sedang hitam, bertas kantor hitam, dengan rambut hitam yang rada mumbul. Gerakannya tampak ringan pertanda hati yang riang ceria. Hehehe, sorih kalau aku sok tahu. Daripada mikirin yang tidak2, mendingan khusnushan sekalian doa buat diajeng. Tul gak?

Thursday, April 20, 2006

Biar cuma mimpi tapi ngejomplang.


Siapa pun tahu, jenglot pun tahu, alam dan seisinya juga tahu. Kukukbeluk juga tahu.
Memang gak sekufu kok. Biarin cuma dalam mimpi juga tetap aja ngejomplang.

Wednesday, April 19, 2006

Sayyidul Istighfar.


Astaghfirullah al adhiiim, taubatan abdin dhalim.
Laa yamliku linafsihi, walaa nafán, walaa mautan, walaa hayatan, walaa nusyura.
Laa illaha illa anta, subhanaka inni kuntu minadhdhalimin........

The Bottom Line

Maturity offers more than admiration. Today, the magnitude of your growth sinks in.

In Detail

If you're feeling a little bit like all the ink is running out of every single pen you own, it might be time to go pen shopping. Buy a whole bunch of your favorite kind of pen (or just go to the office supply cabinet and grab a couple of the standard office-issue pens). There! You've solved the problem. If you still can't seem to get anything written down, maybe it's not the pen that's the problem.

Returning Point.


Subhanallah. Laa ilahailla anta subhanaka inni kuntu minadhdhalimin.........
Agaknya selama ini ternyata aku telah berbuat aniaya kepada banyak pihak.
Untuk itu aku mohon maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf.
Kalau saja kata maaf tidak cukup, masa sih aku juga kudu menganiaya diri sendiri.
Kudoakan semoga diajeng hidup sehat sukses sejahtera bahagia sampai menjadi ninen.



The Bottom Line

You'll start to sense a growth in responsibilities -- meet these challenges head on.

In Detail

Do you want something from somebody but you don't know how to get it? Have you tried asking them? Sometimes you can save a whole lot of extra effort with the direct approach. And it's better to find out now rather than later if they can't (or won't) give what you want. Then you can turn your attention to finding out where you can get what you need, and who will be willing (and able) to give it to you.

Kolak kilik binafsihi yulaedi.


Bincang panjang dengan Dhani sedari jam 23 sampai 03 memang gak sia2. Dianya mampu menyadarkanku untuk jangan berlaku emosionil infantil yang pada akhirnya akan menyakiti hati sendiri. Keilmuan memang bisa diperoleh dari sumber mana saja asal kitanya ikhlas membuka hati sanubari. Makasih buat komplimen bahwa yang telah terjadi memang pantas untuk bergulir tak perlu disesali. Karena rasa kasih sayang memang fitrah manusiawi dimanapun untuk strata apapun selama kitanya masih manusia.
Oh Dhani boy, kamu mah suka ada2 aja lagih. Makasih juga buat kisah tomat atau cabe curiannya.

Tuesday, April 18, 2006

Rupanya diajeng lagi pesan bakso bungkus.


Bacaan Al-Baqarah kututup pada 'Ain 24. Mana yi Maman gegedor pintu aja nyariin ambu ngajak makan malam. Sesaat kuganti nyala lampu dengan yang redup lalu kuhidupkan radio pada CnJ yang masih menyiarkan alunan Jazz. Dari kaca nako di warung Betty tampak berjajar Betty-Beng2-diapit agak kebelakang satu putri yang gak kukenal namun murah senyum. Lantas kugodai saja.
"Walah kamu Beng, sudah diapit oleh 2 putri kok masih melamun aja sih?" Kekehku.
Ketiganya tampak senyam senyum saja kecuali Beng2 menimpali."Wah si oom bisa aja nih."
"Awas lho Beng putri yang kiri lagi usap2 sepatunya. Klo terlepas bisa ngemplang kepala kamu."
Lanjutku, sementara Ambu bersama yi Maman tengah membicarakan fluktuasi usaha yang tajam.
"Nggak kok oom. Lagi ngeliatin yang lagi beli bakso nih." Tawanya rame.
Kuarahkan pandang ke gerobag bakso simas belakang nako. Tampak simas lagi mengirisi daging.
Sinar petromak yang terhalang tubuh sedikit menimpah lengan kuning yang agaknya tengah bersidakep sambil menunggu pesanan. Sisa cahaya menerangi sebentuk blus coklat kehitaman. Aku kok penasaran ingin tahu warna gaunnya. Ketika simas bergeser cahaya lampu menampilkan warna gaun yang hijau sarong. Rupanya diajeng yang tengah menanti selesainya pesanan bakso bungkus kesukaannya kalau dibandingkan dengan baksonya mas Harto. Ketika tangan diajeng memegang selembar uang kertas berwarna hijau, tampak Beng2 mendekatinya.
"Baru gue mau dibayarin tahu2 udah ngeluarin duit." Selorohnya.
Kulihat tembok dalam, jarum jam menunjukkan angka 18:50. Subhanallah, kalau begitu diajeng juga mendengar bacaanku di ayat2 terakhir sebelum berakhir di 'Ain 24. Maaf lho diajeng kalau suaraku serak2 kerbo, mana tajwid juga masih dalam taraf belajar. Namanya juga otodidak yang sejak 30 Ramadhan 1421H khatam perdana atau 27 Des 2000 sampai 15 Maret 2006 Alhamdulillah baru bisa khatam yang ke 14 kali.

What a pretty lady.


Selagi duduk mencangkung di tangga pintu air kali Cideng dengan harapan aku bisa bermandi matahari, di jam 08:25 tampak diajeng muncul dimulut KK40 menuju ke Thamrin mau ngantor. Rambutnya yang mulai memanjang tampak rada mumbul agaknya hasil dari olah hair-dryer. Dikenakannya blouse coklat yang menampilkan lengan kiri yang tampak rada gelap, dipadu dengan gaun sarong hijau pelat kuning. Bersepatu hak tinggi coklattua menampilkan lenggang yang nampak luwes dan tenang. Sebelum serong kanan buat menyeberangi jembatan, dengan hati2 ditolehkannya kepalanya kearah kiri untuk memastikan aman buat menyeberang jalan. Dari sejarak 25 meter, tampak nyata rouge ditulang pipinya. Sungguh mempesona.

Dhani dan Rini.


Semalam itu bakdal Maghrib selama sejam aku kok dirundung rasa sedih yang mendalam dan rasa kangen kepada diajeng. Harapanku semoga diajeng sehat sejahtera gembira.
Seringkali hal begitu merupakan isyarat kontak bathin akan kebutuhan perawatan.
Tepat jam 20 rasa murung itu mencair dengan dialog meminta nomor Esia Tata.
Jam 21 aku bertemu pasangan Rini dan Dhani yang kukenal di wartel dengan cara unik.
Kami bertiga terlibat obrolan sereusehubungan peristiwa laka lalin yang dialami Dhani. Katanya beberapa detik sebelum peristiwa Dhani sudah beroleh isyarat awal.
Tentu saja keterangannya perlu kuuji dengan pengalamatan intuisi seperti yang pernah kulakukan terhadap Tata dan Rifa. Hasilnya aku beroleh isyarat kalau Dhani ini ada nasab langsung dengan manusia harimau yang dibenarkannya karena punya kakek dari Solok yang memiliki warisan itu yang menurun ke ibu kandungnya. Sebaliknya Dhani juga mengisyaratkan kalau aku juga punya garis nasab dekat dengan pengagem ilmu kenuragan yang dizamannya disegani masyarakat dan ditakuti oleh kolonial Belanda.
Kakekku Abda Willadirana yang wafat tahun 1935 menurut ayahku memang menguasai ilmu2 seperti itu. Selama 40 hari makamnya dijaga oleh beberapa harimau gunung Ciremai.
Sebagian dari ilmunya menurun ke wak Jaya dari Cinangsi, dengan pesan agar keturunan nya jangan mengenakan gelar Raden karena akan mudah dikenali oleh antek2 kolonial Belanda. Menurut Dhani parit bibirku nyaris rata seperti ciri khas dari manusia harimau di Sumatera. Katanya juga aku memiliki kharisma yang disegani. Wallohu.
Karena minta diobservasi kesehatannya, selagi meringis dan merintih tiba2 Dhani merasa sesak dan punggungnya serasa diganduli beban 200 kilo. Sikapnya juga gelisah katanya sekujur badannya merinding kalau kupegang. Rini dan Wandi juga merasakan bias kemerinding di kedua lengan dan pundak. Aneh sih tapi entahlah. Tiba2 Dhani menunjukkan laku yang kemanjingan dengan keluhan sakit kepala dan punggung. Setiap sentuhan ujung jari telunjukku berakibat rasa nyeri yang hebat bagi Dhani tetapi tidak bagi Rini. Wajah dan rona seputar matanya melegam. Setelah kuremasi pundaknya sambil kubacakan Ayatul Kursi lalu Amana Rosuli keluhan Dhani jauh mereda tepat disaat aku mulai membaca ayat terakhir dari surat Al-Baqarah. "Laa yukallifu....."
Rini yang memanggilku pakcik, bertanya ada apa? Kujawab saja sepertinya Dhani agak kerasukan nenek moyangnya yang hadir untuk menyampaikan salam kepadaku. Subhanallah,
hare gene, ditengah pembangunan Grand Indonesia, dihalaman parkir wartel Raisson yang juga dijual Kebab, masih ada peristiwa ghaib? Wallohu'alam bishawab.

Monday, April 17, 2006

Selamat pagi diajeng.


Sekali ini di jam 08:20 diajeng melintas tenang2 dalam irama jazz dari CnJ FM 99.9MHz.
"Selamat pagi diajeng." Seruku dalam hati sanubari.
Apalagi, kalau berseru kapan takut kalau2 dimanyunin lagi.
Bergaun krem berblus entah kemeja eslilin hijau pupus yang dibungkus blazer hitam bersepatu kuning motif kulit ular yang apik. Tampilannya agak lain dengan rambut yang di blow. Sedemikian dekat lintasannya dengan jendela nako tempat ujung hbidungku menempel. Sampai tercium semerbak parfum nya yang serasa harumanis yang kalau di Bandung mereknya tentu Aramis.

Lotus binti Sarinah.


Rencananya sih bersama ambu mau ke Sarinah atau Lotus buat beli travel-bag buat perjalanan sekira 3 hari. Tas yang aku punya cuma memuat pakaian buat sehari saja.
Bakda Dhuhur Wandi lapor dalam perjalanan ke masjid Wandi berpapasan dengan diajeng yang tengah berjalan dengan teman wanitanya. Diajeng mengenakan jins biru ngatung berkaos putih lengan pendek. Rambutnya diikat dan mengenakan sandal.
"Weleh wa, jeng Fiona memang cantik. Apalagi waktu Wandi meliriki imbitnya."
"Kapan Wan?"
"Sekira jam 12:30an."
"Mau belanja barangkali." Lucu aja melihat mimik Wandi yang terheran.
Rencana belanja dengan ambu batal karena aku juga ingin menemui keluarga Sihono untuk membesarkan hatinya kalau Sihono masih bisa diobati dengan pertimbangan rasio logika dan emosi dan benar salahnya 60:40. Kalau perlu aku mau bantu dengan hydro-therapy seperti yang pernah kulakukan pada Juni 2005 kepada keluarga di Kuningan yang telah lama mengidap gangguan emosi dan depresi. Alhamdulillah di 7 Nop 2005 sudah tampak pulih dan normal lagi ingatannya dengan indikasi rajin mandi dan suka ke masjid. Dengan mengenakan jins biru dan kaos coklat kopi sambil berselempang tas kondektur hitam yang berisi hape, digicam, dompet dan uang 400ribu ditambah kado kecil berisi jam cantel feminin. Manatahu jumpa dengan diajeng sekalian buat mahugi. Kukenakan sepatu kuning kecoklatan dengan kauskaki putih. Pokoke gaya lah, manatahu juga beruntung bisa jumpa dan berbincang syukur kalau sambilmakan bersama segala.

Berjalan dari Plaza Indonesia lalu meliwati hotel Nikko Jakarta lalu mengarah ke Sarinah. Memakai sepatu pantofel baru jalan terasa gagah aja. Lantai 1 gedung sarinah aku lalui saja numpang liwat buat ke Lotus.Setelah lihat2 di areal Home Fair pilihanku jatuh ke satu tas Polo Classic lokal seharga 70ribu. Cuma orokaya begitu keluar dari gerbang Lotus, kelingking kaki kiriku serasa terjepit. Mana jalan jauh lagi. Makanya terpaksa aku menggunakan jasa ojek seharga 4ribu sampai ke Raisson.
Malamnya selagi ngobrol bersama Wandi didekat nako, aku disapa oleh Lina yang baru pulang entah darimana, yang mengeluhkan rasa sakit ditelapak kaki kanan pas di refleks maag dan ginjal. Kemudian bergabung Benny yang mau ke wartel dengan wajah yang lebih kuning cerah. Sayang seduhan 37 lembar daun delima tak bisa terlaksana.
Sempat ngobrol kalau tadi siang aku ke Sarinah.
"Semalam sebelum tidur minum apa Ben?" Godaku.
"Tak minum apa2. Kenapa?" Tanyanya dengan rada heran.
"Wajahmu tampak kuning berseri tanda bahagia."
"Kan habis dapat siraman rohani Paskah." Timpal Lina sembari tertawa.
"Oh ya. Happy Easter ya." Ujarku seraya menyalaminya melalui kaca nako.
"Betul itu. Perjalanan gerak bathin dengan ketulusan beragama menjadikan raut wajah tampak lebih cerah. Makanya kecantikan itu gak melulu dengan make-up atau gurat wajah tetapi harus didorong dengan ketulusan hati yang menerbitkan inner-beauty."
"Yang penting kan banyak vitamin D nya." Kekeh Lina.
"Maksud kamu duit? Gak juga. Banyak orang dengan posesi uang miliaran tapi airmuka nya senantiasa kucem. Banyak juga yang uangnya terbatas tapi sosok selalu berseri."
"Ada apa ke Sarinah pak? Jangan jangan......" Kekeh Benny memotong kalimatnya.
"Cuma beli travel-bag aja kok Ben. Sambil cuci mata." Jawabku polos.
"Iyalah pak. Disana kan banyak yang bening."
Tawanya lalu permisi mau ke wartel dulu.
Sepeninggal Benny, Lina sempat ceritera kisah bermalam Minggu di menara gading.
"Kami semalam ngobrol sampai jam 3. Setelah itu aku masuk kamar buat wiridz."
"Masih rajin shalatul lail ya Lin?"
"Alhamdulillah. Fiona juga rajin shalat malam. Sehabis Maghrib dia tidur lalu bangun tengah malam buat ibadah malam dan baca Yaasiin." Tawanya dengan bangga.
"Subhanallah walhamdulillah wallahu Akbar." Bisikku semakin terpesona.

Friday, April 14, 2006

Lintasan di menjelang shalat Jumat.


Pagi sekali ambu dah datang dari Tangerang, karena rencananya mau ke Kuningan. Tapi karena semalaman aku gak bisa tidur maka acara pagi berubah menjadi cupping. Yakni pengkopan punggung dan betis agar aku bisa tidur. Dan aku memang tidur dengqan cangkir2 kop berlekatan dipunggung dengqan kapasitas 2 sedotan. Pengenaan dengan lebih dari 2 sedotan memang terasa lebih nyaman meski agak sakit, namun untuk jangka waktu lebih dari 15 menit bisa menyebabkan pelepuhan kulit ari yang nantinya akan meninggalkan bekas seperti cacad kulit akibat tergesek aspal jalanan.
Begitu aku bangun dengan rasa lapar aku segera minta dicopoti lantas dilakukan pengurutan untuk mempercepat hilangnya tanda lebam bundar dikulit. Aku lalu duduk di nako sambil menikmati seduhan kopi dan 3 keping kuwe lupis berkinca dan sekotak kuwe nastar buah tangan ambu dari Tangerang.
Selagi ngobrol perihal kelakuan Ade yang lagi super sibuk yang pulangnya selalu selalu sekitar jam 01 itu. Bayangkan aja cucian hari Rabu yang lalu baru dijemur semalam, tentu saja cucian bau bangkai yang kudu dibilas lagi. Dikuatirkan justru kesehatannya takut sakit yang matak wah.
Selagi ngobrol itu di jam 10:55 tampak diajeng melintas, tangan kirinya berpayung hitam karena cuaca mendung rintik, tangan kanan menjinjing kresek hitam agaknya habis membeli makan siang. Diajeng mengenakan blus hitam dengan gaun putih berpalet merah berbahan halus seperti sutera. Disebelah kanannya berjalan Diana yang keduanya tampak tertawa entah karena digodai Beng2 yang lagi ngobrol bersama kakak2nya. Entah diajeng mengenakan sandal apa, namun penampilannya sungguh memukau. Bayangkan kulitnya tampak enay (kuning bening) mempesona. Subhanallah. Tak lama kemudian speker masjid mengumandangkan bacaan quro sebagai panggilan shalat Jumah yang tengah hari itu KK tengah diguyur hujan deras. Aku sendiri sampai berpayung lipat kelengkapan dari tas kantor ambu.

Malam macan purnama?


Semalam itu Jum'at apa ya? Sedari jam 01 mataku sudah berat lalu mulai terlelap sambil wiridz namun sampai 05:45 aku sama sekali gak bisa tidur. Kebiasaan jelek kalau ambu lagi suwung, ternyata aku gak bisa tidur sendirian. Jam 02:10 shalat muthlaq 2 rakaat, lalu baca surat Ar-Rahman disambung surat Al-Yaasiin. Karena lapar lalu makan nasikuning dengan sambal dan ikanmas goreng sisa makan malam. Disebut nasikuning bukannya karena bumbu kunyit yang bagus buat memperbaiki kondisi lambung tapi sisa nasi di magic-jar yang warnanya sudah kekuningan kelamaan habisnya karena selalu numpang makan di RM Sunda. Setelah itu kembali berusaha tidur sambil wiridz menjelang tidur seadanya. Namun hihhh, tetap aja mata nyalang dengan pikiran yang entah bergentayangan kemana mana terutama ke salah satu kamar kost menara gading.
Padahal malam ini belum termasuk terang bulan purnama karena bulan belum bulat sempurna dan cahayanya juga masih terhalang awan kelabu yang mengandung hujan.
Kalau saja terang bulan purnama, aku juga ingat aja ceritera Apa Rais yang ditahun 1948 berjalan kaki bertiga dengan wak Mi dan wak Jambul dari Jakarta ke Kuningan melalui jalur Bekasi Karawang Subang Pagaden terus ke Kuningan. Perjalanan nekad itu dilakukan karena Apa Rais tengah dicari NICA karena ikut berjuang melawan Belanda. Perjalanan dilakukan dengan berpedoman kepada rel kereta api jalur Pantura dan menghindari jalan raya untuk menjauhi pandangan orang dan endusan kaki tangan NICA dan kejaran tentara pendudukan di aksi polisionil kedua.
Ceriteranya di hutan jati Subang Pagaden, mereka dikawal oleh seekor macan berbulu putih sebesar anak kerbau yang dimalam terang bulan purnama tampak seperti perak. Sebelumnya menjelang 'Ashar mereka bertemu seorang kakek misterius dipinggir hutan yang menjamu ketiganya dengan sebutir kendi kecil berisi air dekil seperempat kendi didalamnya. Namun bisa sangat memuaskan dahaga sampai sekenyang2nya lalu ketiganya tertidur dengan sepulas2nya. Baru bangun menjelang Maghrib untuk meneruskan perjalanan. Selepas Shubuh baru bertemu dan dijemput oleh para pejuang di sebuah kampung dekat hutan jati geledegan (pohonnya besar2) itu. Subhanallah.
Wak Mi (kodenasab A.2.2) wafat tahun 1974, wak Jambul tahun 1976, Apa Rais (kodenasab A.2.7) tahun 1984. Kodenasabku A.2.7.1, lihat URL http://pancakaki.blogspot.com/ Seri A.

Thursday, April 13, 2006

Kebab Indra.


Sore tadi hujan lebat kembali mengguyuri areal KK, sejam kemudian air tampak mulai menggenangi KK40 pertanda bakalan banjir. Wandi lantas saja menutup lubang2 air dikamar mandi belakang. Sampai adzan Maghrib sambil menunggu hujan masih deras aku sempat mengobrol dengan Tata, 21 tahun yang sebagai seorang keturunan keraton Ngajogyakarto Hadiningrat diyakini punya kemampuan mata bathin (clair-voyant). Namun jam 18:30 terpaksa menerobos hujan dari RM ke warnet buat shalat Maghrib. Selesai shalat meneruskan bacaan Al-Baqarah yang sempat terhenti di 2 surat menjelang 'Ain karena adzan 'Isya. Selesai adzan bacaan diteruskan sampai mencapai 'Ain lalu 'Isya ditutup witir. Sampai jam 21 mengobrol bertiga dengan Wandi dan yi Maman perihal sejak Maghrib hanya ada satu pelanggan yang makan. Yah namanya juga menjemput rizqi yang seyaqiennya telah diatur Allah SWT. Kita cuma dharma ihtiar. Termasuk Indra yang baru aja mengoperasikan Kebab di halaman parkir. Katanya penjualan perdananya 50ribu, itupun sebagian terbesar berasal dari pembelian keluarga CV Raisson. Pelanggan nyata menghasilkan Rp 10ribu saja.
Namun sampai jam 21 itu diajeng tak tampak melintas yang diperkuat Wandi kalau sejak 'Ashar juga tak melihatnya melintas. Kemana ya? Apa karena besok Jum'at hari libur lalu langsung mudik?
Mana besok rencananya mau ke Kuningan bersama ambu buat menengok Wak Rien di Cilimus.
Info baru didapat dari mas Harto, katanya setelah adzan 'Isya diajeng pulang.
"Mas sempat melihatnya?"
"Ndak pak. Tapi Diana yang memesan bakso bungkus sempat teriak 'Mbak Fiona tungguin'."
"Kapan mas?"
"Sekira 5 menit setelah adzan 'Isya."
"Kalau begitu pas aku lagi shalat 'Isya lalu ditutup Witir."
Subhanallah walhamdulillah, syukurlah diajeng tidak kuyup kehujanan.
Kalau sampai kuyup, kan gak mungkin juga mau nungguin yang mesen bakso bungkus. Tul gak?

Tuesday, April 11, 2006

Diketiadaan suka bermakna berlian.


Siang tadi Alhamdulillah hujan besar disertai angin kencang dan guntur.
Lalu tiba2 air jernih terguyur deras dari langit itu merayapi lantai RM Sunda.
Subhanallah, akankah banjir besar akan berulang setelah 20 Feb 2002 yang lalu?
Sambil menerobos hujan aku bergegas ke warnet untuk melakukan persiapan akan hal2 yang perlu.
Wartel warnet gak masalah buat ketinggian air sampai 75cm.
Tapi Raisson Hilton? Tentu perlu disiapkan semua benda yang ada dilantai buat dipindahkan keketinggian 60cm saja. Kalau air datang melebihi elevasi itu, artinya Raisson akan terendam dan kedinginan. Namun bakdal 'Ashar digaris KK40 tampak aliran air keruh yang menuju ke pintu air. Alhamdulillah. Artinya kekuatiran akan banjir yang lebih besar tak terjadi.

Malamnya menjelang 'Isya selagi ngobrol dengan Wandi yang baru pulang milir dari Sukabumi sambil duduk bergelap yang hanya diterangi oleh cahaya remang warung Betty dan lampu belalai stork proyek Grand Indonesia. Di jam 19:49 terdengar detak yang kukenal sebagai detak hak sepatu hitam dari langkah diajeng. Ketika kupalingkan kepala kebelakang sekilas tampak bayangan hitam berlalu kearah menara gading. Kata Wandi memang sosok diajeng yang mengenakan rok dan blazer hitam dengan kemeja putih. Selamat beristirahat ya jeng Fiona. Tidurlah dengan nyaman untuk nantinya sesekali datanglah buat mencoba lagi kenyamanan fasilitas wartel kami yang terkenal murah itu. Terakhir kunjungan diajeng itu pada 12 Okt 2005, bukan?
Dalam ketiadaan visual begini, terbayangkan kalau tampilan diajeng seperti berlian magistis deh.

Frustasi matak emosi


Semalam itu entah karena merasa frustasi, telah membuatku rada menaiki emosi.
Ada user yang menggunakan pc #4, anakmuda gondrong yang mengaku mahasiswa itu main angkat2 CPU justru dipantatnya yang terdiri dari sederet terminal sensitif. Ketika ditegur katanya dia mau menyambungkan USB untuk mengkopi data dari Internet. Aku bilang kalau mau nyambung USB gak perlu ngobok2 pantat, karena pada sisi kiri boks ada 2 terminal USB. Entah karena merasa malu karena ditegor dianya balik marah dengan mengatakan dikampusnya dianya biasa menyambungkan USB dengan cara begitu. Aku jawab kalau dia mau bertanya dulu dengan tak usah mengganggu peralatan warnet.
Dengan muka masam anakmuda yang juga mengaku "anaksini" itu berlalu. Dan benar saja user berikut nya selama 25 menit tak berhasil membuka situs Internet apapun. Baru setelah diperiksa dan di restart, komputer berjalan normal kembali.

Ada lagi pengguna wartel dengan biaya Rp. 2200. Menyerahkan 2 lembar ribuan dan satu koin 500. Ketika kukembalikan 300 dianya menyodorkan koin 200. Maksud baiknya agar aku gak perlu menyerah kan uang kecil yang memang diperlukan untuk operasionil. Tapi karena dilakukannya ditengah 6 pengguna lain yang siap bayar dengan sejumlah struk yang juga kudu di-pilah2. Maksud baiknya justru menjadi gangguan yang serius.
"Memangnya apalagi mas?" Sengorku.
Pria muda bertopi itu lalu menyodorkan perhitungan lisan yang rudet.
Aku bilang, "Biaya 2200 bayar 2500 telah kami kembalikan 300. Klop bukan?"
Tapi dengan "akrabnya" pria itu masih hahahehe sambil bilang, "Easy easy pak..."
Akhirnya pria itu kuusir dengan sopan, "Maaf saya sibuk. Klo anda sudah selesai silahkan keluar." Lalu kulanjutkan melayani pembayaran dari yang lain.
Setelah selesai kupanggil Jamal buat menggantikan, lalu mendekati Mira yang tengah asyik kutak kutik di PC #6 yang sejak tadi permintaan bantuannya belum terlayani.

Monday, April 10, 2006

Matak bingung deh.


Menjelang Ashar baru pulang dari JaCC bersama ambu membeli sajjadah hijau buat ibu Een dan sepatu pantofel buatku melakukan perjalanan jauh entah buat sehari hari.
Karena gerah maka kaos kubuka lalu kembali duduk dekat nako menggodai Beng-beng yang lagi ngobrol bersama juragan warung Betty. Jam 15|:17 selesai kumandang adzan yang kuikuti dengan membaca doa adzan, dari sudut mata tampaknya seperti diajeng yang tengah memesan jus gelas ABA. Kecuali tata rambut dan kaos oblong kelabu seperti yang tadi siang dikenakannya, jins dan sandalnya sudah berubah. Jins yang dikenakan nya sekarang dengan long-sleeve yang terlipat, juga sandal jepitnya dengan alas tumit yang lebih tinggi seperti sandal geisha. Apalagi tas belanjaan yang dijinjing nya tampak menjadi besar seperti yang dikenakannya di hari Kamis malam sewaktu melintas ke warung sate kambing di KK30/17 tatkala aku tengah makan bertiga ambu dan Haekal.
Menyadari itu aku segera mengenakan kembali kaos dan tak lama diajeng melenggang memasuki KK31 menuju ke menara gading. Tangan kirinya menyentuh bahu kiri Beng-beng sambil berkata, "Yuk."
Lalu berlalu kearah menara gading dengan mimik datar tak berkesan apapun buatku yang tengah menatapinya seperti anjing yang tengah menunggui gerak tuannya.
Kekeh Beng-beng, "kan sudah aku bilang akan menjadikan kamu isteri yang kedua."
Aku tak tahu bagaimana reaksi diajeng atas "candaan?" ini karena pandang mataku terhalang oleh tembok sebelah kanan kanan nako. Namun lama aku coba mencerna kata-kata dari Beng-beng ini............... (jangan2 ada jalur sutera perihalku diantara keduanya.) Segera kulepas kaos untuk menurunkan suhu badan yang serasa meninggi.

Panas terik ditanggal merah Maulid Nabi.


Sambil telanjang dada dengan badan gerah, kunikmati semilir angin berhembus melalui sela2 kaca nako yang menerpa kulit bahu dan dada. Hari memang panas terik "membakar" KK31. Terbayang kayak apa rasanya kalau bawa payung lalu berkesempatan menaungi diajeng agar kulitnya tak terkena sun-stroke.
Jam 10:50 diajeng melintas kearah KK40 sambil berpayung motif telur pipit ditangan kanan dan tas karton belanja kecil berwarna coklat ditangan kiri. Dengan nyamannya dikenakannya kaos kelabu berlengan pendek dan jins biru belel ngatung dan bergesper hitam tebal. Dikenakannya sendal jepit kulit hitam berbantalkan karet mentah yang menjadikan gerakannya jadi lincah. Hehehe, buntut rambutnya sudah bisa dikuncir yang menampakkan keindahan kepala dan lehernya. Entah diajeng juga mendengar vokal bassy dalam perbincangan aku dengan ambu perihal keberangkatanku Rabu lusa untuk ikut menghadiri acara Maulid Nabi di salah satu Ponpes di Cianjur. Makanya bibirnya dan raut wajahnya yang kuning mempesona itu terkesan senyuman. Subhanallah, semoga senyuman itu ever-lasting kayak indah segar mistisnya sekuntum vanda. Alhamdulillah atas tampilan diajeng yang selalu aja kukangen.

Sunday, April 09, 2006

Murni


Kalau cuma tampilan yang cantik, manis, molek, jelita, seksi, feodal, borjuis, gemerlap, pesohor, intelek, agamis, yang enak diajak berbincang apa saja. Perawakannya yang kayak bass-guitar atau bas-betot. Pembawaannya kayak bola bekel atau bola basket. Dari pelbagai kalangan profesi dan kualitas. Di wartel/warnet CV Raisson juga ada saja. Tapi yang sungguh mempesona hanya satu. Jeng Fiona saja yang berdaya magis. Keterpesonaan adalah ultima, yang melampui segenap perasaan dan emosi kasih sayang apapun di dunia ini. Percayalah Jeng.

Ordinary but most cute lady.


Subhanallah walhamdulillah. Bakdal shalat Dhuhur aku ganti kaos untuk bersama ambu ke JCAC mau beli sajadah buat kado milad ibunda neng Wiena yang jatuh pada 4 April lalu. Aku juga butuh sepatu pantofel buat melakukan perjalanan katimbang make boot.
Lalu duduk dekat nako sambil berbincang perkara jaket kaos hitam ukuran XL yang ternyata terlalu pas dibadanku. Padahal jaket berpenutup kepala seperti itu dah lama kuidamkan. Di jam 13:51 tampak diajeng melintas dari KK40 bersama seorang temannya kayaknya habis belanja makan siang bungkus. Diajeng tampak nyaman mengenakan kaos kelabu tangan pendek dengan celana pantai bersendal jepit yang biasa dikenakannya.
Tangan kanannya menjinjing bungkusan kresek hitam. Begitu juga temannya mengenakan busana santai yang beda warna saja. Subhanallah. Entah karena menyadari aku ada di nako, diajeng lalu balik menuju ke warung Betty. Temannya menunggu dibadan gang KK31. Tak lama diajeng keluar lalu berlalu mengarah ke menara gading. Tentunya dong penampilan yang sederhana namun indah mempesona itu kutatapi sepenuh hatiku sambil tak henti dalam hati menyebut kebesaran Asma-ul-Husna. Ya Latief Yaa Khabir Yaa Jabbar.

Friday, April 07, 2006

Riri


Jam 21:50, Riri masuk bersama temannya yang berbusana kaos long-sleeves hitam dengan jins hitam tua yang duduk di pc #4. Gadis rada jangkung berkulit eksotis ini9 melontarkan sapaan, "Selamat malam pak." sambil manggut dengan sopan. Iya sih rasanya kali ini kunjungannya yang ke 3. Sementara Riri duduk di kursi meja #5, tampak rada gelisah sambil sesekali melontarkan pandang tajam ketempatku duduk di pc #8.
"Selamat malam non. Apa kabar?"
"Baik pak." Jawabnya sambil duduk melontar seulas senyumnya dengan manis.
Tiba2 Riri bangun lalu mengarah ke kulkas, lalu tiba2 terdengar meraung disusul dengan bunyi botol pecah berderai. Aku segera memburu dan tampak Riri tengah membukai teh botol ke 2 yang ditaruhnya diatas kulkas sementara matanya menatapi serakan beling botol hijau Sprite kosong.
"Waduh maaf ya pak, mas. Saya nggak sengaja." keluhnya, sambil berjongkok buat memunguti beling.
"E-eh, biar aja non. Lebih penting kamu tidak terluka." Kulihat kakinya beralaskan klompen kulit coklat muda dengan bantalan karet yang tebal.
"Makanya naruh botol kosong dilantai biar aman." Kekehku ke Jamal.
Jamal tampak menyapu pecahan beling yang terserak sampai ke jalam masuk ke konter kasier.
Riri lalu meminta sapu itu buat menyapu pecahan. Hehehe, gadis ini tampak rada gugup.
"Biar Jamal aja non."
"Biar saya aja pak. Saya jadi nggak enak udah nyusahin."
"Gak apa2 non. Ini mah resiko usaha yang penting kamu aman saja."
Lalu sambil menjinjing 2 teh botol dingin Riri mendekati temannya yang lagi membuka Yahoo.
Aku juga kembali duduk ke meja #8. Riri tampaknya membuka pc #5.
"Punya alamat email?" Sapaku.
"Punya pak." Jawabnya sambil memandangku.
"Kalau perlu bantuan bilang ya." Dianya manggut. Hihhh, kayaknya dia risih deh bertatapan langsung denganku. Aku tahu Riri tentu risih hatinya kepada diajeng sang komandin menara gading.
"Coba periksa apakah kaki kamu tidak terluka. Takutnya ada pecahan beling yang mengenai kaki."
"Tidak kok pak. Saya mengenakan sendal tutup."
"Maksud saya betis kamu. Letupan botol pecah suka melontarkan beling halus ke betis."
"Nggak kok pak. Saya tidak apa2." Tawanya rada hangat sambil menatapi ringan2.
"Alhamdulillah. Takutnya kalau kamu terluka kita dituntut karena peristiwanya di wartel."
"Wah masa sih pak." Kekehnya disertai senyum temannya yang menatapiku dengan wajah lucu.
Selagi Riri mengembalikan botol kedekat kulkas, yi Maman masuk dan melaporkan baru pulang. Kubisikan siapa Riri dan yi Maman bilang kalau dianya juga pelanggan RM Sunda.
Lalu yi Maman bilang kalau jam 14-15 diajeng melintas kearah Thamrin bersama temannya yang berbusana ngantor. Klo diajeng berbusana santai kaos kelabu tangan pendek dengan rok putih.
"Gak ngantor dong yah?"
"Kayaknya nggak deh."
"Bawa tas besar nggak yi?"
"Cuma makai sendal kok."
Alhamdulillah. Artinya long week-end Sabtu Minggu Senin ini diajeng gak ke Pekalongan.

Dewi


Kalau cuma tampilan yang cantik, manis, molek, jelita, seksi, feodal, borjuis, gemerlap, pesohor, intelek, agamis, yang enak diajak berbincang apa saja. Perawakannya yang kayak bass-guitar atau bas-betot. Pembawaannya kayak bola bekel atau bola basket. Dari pelbagai kalangan profesi dan kualitas. Di wartel/warnet CV Raisson juga ada saja. Tapi yang sungguh mempesona hanya satu. Jeng Fiona saja yang berdaya magis. Keterpesonaan adalah ultima, yang melampui segenap perasaan dan emosi kasih sayang apapun di dunia ini. Percayalah Jeng.

Susan


Kalau cuma tampilan yang cantik, manis, molek, jelita, seksi, feodal, borjuis, gemerlap, pesohor, intelek, agamis, yang enak diajak berbincang apa saja. Perawakannya yang kayak bass-guitar atau bas-betot. Pembawaannya kayak bola bekel atau bola basket. Dari pelbagai kalangan profesi dan kualitas. Di wartel/warnet CV Raisson juga ada saja. Tapi yang sungguh mempesona hanya satu. Jeng Fiona saja yang berdaya magis. Keterpesonaan adalah ultima, yang melampui segenap perasaan dan emosi kasih sayang apapun di dunia ini. Percayalah Jeng.

Thursday, April 06, 2006

Kalau duduk dikeremangan berbusana biru2, gorila juga gak gampang tampak.


Selagi duduk2 di pintu air selepas Maghrib, sempat ngobrol dengan mas Yono asal Jombang penjual mie Surabaya. Beliau baru 2 minggu di Jakarta, sementara isterinya ikut anak perempuan semata wayang yang baru menikah di Manokwari. Jam 19:57 tampak diajeng melintas dari arah proyek Grand Indonesia meuju ke KK40. Sekali ini lintasannya bukan menyusuri tepi kali samping Sogo. Aku dah bersiap kalau diajeng memandang kearahku akan kulambaikan lenganku tanda kehadiranku. Namun agaknya diajeng tak melihat karena pencahayaan dilokasi kurang memadai sementara diajeng berada ditempat yang lebih terang. Tentunya akan berbeda penampakanku disaat layung sore bakdal Ashar menjelang Maghrib.
Namun berkesempatan memandangi langkahnya disaat pulangnya sungguh satu karunia kalau dibandingkan suwungnya penampakan selama seminggu belakangan ini. Subhanallah walhamdulillah.

Bangun tidur kulihat anu.....


Bakdal Shubuh perutku terasa terganggu, lalu kutenggak saja jamu cap kupu-kupu.
Lalu tidur lagi diatas kasur tiup yang sejak Juni 2005 gak pernah ditiup lagi.
Begitu terbangun tampak jamdinding menunjukkkan 08:22, saatnya diajeng melintas.
Begitu melirik ke nako, tampak bayangan kuning melintas dengan gerakan kepala yang hanya milik diajeng sendiri di dunia ini. Gak sempat pakai kaosan aku bergegas ke gerbang yang ruangan warnet tengah dibersihkan. Diajeng tampak sehat dengan gerakan yang sebat Srikandi berkemeja kuning berkulot hitam dengan sepatu lencir hitamnya.
Subhanallah. Meski tengah meniti jembatan namun tampak kalau wajahnya kuning berseri. Namun ada aja gangguan minor, seorang bapak gak shabaran ingin segera menggunakan wartel. Sampai beberapakali nanya kapan wartel buka. Hihhh, sebel aing.
Hehehe, tentunya dong aku lebih berat ke diajeng daripada pelanggan rewel. Sorrih.

Teror sms.


3 april jam 16:04 & 16:03 dan 5 april jam 18:36, aku menerima sms gelap dari nohape 081808347951 yang tak aku kenal. Isinya menyatakan rasa tak puas sambil mencoba merendahkan karakter. Kucoba panggil dengan hape ternyata tulalit. Di tanggal 5 ada info kompie, nomer gak bisa dihubungi. Coba panggil dari wartel yang terdengar cuma suara musik. Aku bermaksud baik untuk menanyakan langsung apa permasalahan, maunya apa, solusinya bagaimana. Tapi ya gitu ternyata mengalami jalan buntu.
Dinihari tadsi sempat juga sih mikir acara Qishash segala. Teror balas dengan teror.
Beli aja kartu perdana ceban, lalu cacimaki balik. Biarin tersebut sama sintingnya juga. Namun dengan Istighfar akunya lantas tersenyum sendiri. Buat apa coba meladeni oknum terwelu pengecut yang lagi tebar fitnah. Matak ngotor2in diri, qalbu, jiwa dan sanubari sendiri. Jangan2 qishash yang menurut aturan Allah SWT dan Rasulullah SAW, nyeleweng malahan menjadi aksi vendetta. Padahal saat ini lagi teramat sangat mengharap Ridha Allah SWT akan silaturahmi dan komunikasi bersama diajeng yang bunganya masih menguncup juga. Anggap saja sms2 itu sebagai jalan pembersihan diri, untuk memudahkan proses penyatuan wahyu sekar kedaton Pekalongan. Amiiien Yaa Rabb Al Amiiien.

Wednesday, April 05, 2006

Kapan dong kami makan bersama?


Selagi duduk2 bersama Haekal di meja #3 RM Sunda menunggu ambu bergabung, sekilas tampaknya seperti sosok diajeng yang tengah melintas diseberang dekat pintu air memasuki KK30. Setelah kuamati kayaknya iya. Rambutnya yang mekar, tas yang kelek hitam dibahu kiri, lengan kanan menjinjing karton belanja besar berwarna coklat belang keperakan. Cuma baru nampak kalau diajeng juga mengenakan hemp putih bersulur hijau muda (di Pasundan disebut motif eslilin). Dikenakannya celana panjang hitam sementara alas kakinya agaknya mengenakan sandal dengan langkah ngeteyep (cepat berlangkah pendek2).
Hanya saja dari sejarak 25 meter, bentuk alas kakinya meragukan. Warnanya juga seperti belang merah dan putih. Sesuatu yang belum pernah nampak, entah kalau baru beli.
Tatkala akan kuikuti jalannya yang menghilang di warung sate kambing, aku keburu disapa ambu.
Kemudian kami ke RM buat bergabung dengan Haekal. Jam dinding menunjukkan angka 19:00.
Tengah makan bersama, selang 10 menitan tampak diajeng melintas didepan RM. Sekilas sorot entah lirik matanya mengarah kedalam (klo gak geer, mungkin kepadaku) sambil berjalan perlahan.
Duh Gusti, gimana perasaannya ya melihat kami tengah makan malam bertiga. Kapan dong bersama diajeng berkesempatan untuk makan bersama. Syukur2 klo makan malam bersama yang syahdu dan romantis. Insyallah.

Tuesday, April 04, 2006

Geulisnya mancur dikesederhanaannya.


Hehehe yi Maman nah suka matak akang geer sajah. Dasar si SuperMan siah.
Jam 2035 dianya maksa ngajak makan malam, karena sejak siang aku gak makan di RM Sunda.
Namun entahlah, badanku rasanya gak nyaman, gak nyaman tidur gak enak makan. Inget aja sama diajeng yang belakangan ini seperti terhalang buat sekedar nampak tampilannya.
Katanya sih tadi jam 19:30 yi Maman dan mas Harto melihat diajeng melintas ke KK40,
"Cantiiiikkkk deh kang. Dia mengenakan kemeja putih. Bergaun krem. Kata mas Harto juga pantesin aja sibabeh sampei sebegitu terpesonanya. Diajengnya memang huayu kok." Ujar Maman kemayu.
"Iya memang. Makanya.... Namun di hari2 yang lain juga memangnya geulis kok."
Suka jadi geer deh, serasa pujian itu semuanya ditujukan buatku.
"Iya sih. Tapi sekali ini kian tampak berseri geulisnya justru di kesederhanaannya."
"Make sepatu apa, hayo?" Godaku sambil tertawa dari meja kasier wartel.
"Waaaahhhh, abdi nggak lihat sampai seditel itu kok. Memangnya siakang, yang kalau menatapi sampai seditelditelnya. Tentu aja diajeng menjadi rikuh. Dasar aja...."
Kekehnya sembari berlalu. Aku belum bisa kemana mana lho, karena Jamal lagi makan.

Monday, April 03, 2006

Mirakel Rini.


Selagi kirim sms ke 7 alamat, giliran ke yi Maman syusah banget terkirim, sampai kudu keluar ruangan RM Sunda segala. Nah disaat 20:15 itu baru saja melintas ke KK40 diajeng yang baru pulang ngantor bersama temannya. Lalu sekira jam 22 ketika lagi upload tulisan di astagablog aku keluar warnet lalu mengarah ke RM untuk memenuhi ajakan makan malam. Sekarang ini mungkin saat2 terakhirku sebagai Pengelola CV Raisson. Rencananya kepada para akhliwaris di hari Sabtu 8 April 2006 aku akan memberikan penjelasan kegiatan usaha yang ditutup dengan serahterima jabatan Pengelola yang sudah kulaksanakan sejak Juni 2005. Selanjutnya akan melakukan usaha keluarga di kediamanku Tangerang. Selagi melangkah itu Dhanny melambaikan tangan yang lalu kususul ketempatnya bersama Rini yang tengah makan nasigoreng. Hehehe Dhanny bisa aja bikin muka Rini merah karena menceriterakan betapa Rini baru saja pulang dari Palembang yang ketinggalan bus ke Jakarta. Dengan kekuasaan ayahnya mampu menyetop bus yang sudah berjalan dari Palembang. Lalu menunggu kedatangan Rini 90 menit kemudian. Kalau saja Rini mau berceritera kepadaku lalu kubuatkan blog baru tentunya akan menjadi bahan hiburan dan analisa bagi banyak orang. Sayangnya Rini gak berkenan. Entah lain kali. Ngobrol 30 menitan di jongko mie Surabaya, Dhanny yang sekarang kost di KK35 lalu pamitan mau berangkat tugas ke Tanjung Priuk. Keduanya lalu menyalamiku kemudian menuju KK40 sambil kami masih saling mengucapkan salam perpisahan. Selagi begitu Rini amprok dengan Riri yang tengah bersama temannya berjalan menuju ke warung soto kikil. Dipintu masuk ke warung soto tampaknya Riri menolehkan pandang kearahku. Untung aku belum ceritera apapun ke Rini malahan lagi nunggu Rini yang berceritera akan kabar apapun tentangku dari menara gading. Semoga aja ya. Subhanallah. Manusia punya bahasa namun Allah punya Kawasa atas segala sesuatu kebutuhan akan kebaikan apapun yang sekiranya mungkin bagi mahluknya.

Berburu ke padang datar dapat rusa belang kaki.


Menunggu adalah situasi yang menyedihkan kalau tidak membosankan. Apalagi klo disertai dengan suasana hati yang sepenuhnya harap2 cemas. Dan yang paling kutunggu tunggu adalah "penampakan" diajeng untuk sekedar kunikmati bagaimanapun tampilan pesonanya. Biasanya aku juga dah menyiapkan daftar rincian apapun dari diajeng di yang tampak mata maupun yang tersembunyi dibalik rautnya. Setelah tampilan nuansa biji saga 23 Maret yang lalu, hari ini aku memaksakan diri menunggui lintasannya sejak jam 7 pagi. Sambil tulas tulis hal2 rutin diatas meja juga sudah tersedia 3 macam minuman, segelas teh hangat, segelas susu hangat dan sebekong (mug) teh yang masih panas ditemani oleh sepiring pisang nangka kukus. Tapi buat nyarap aku malahan memilih pesan mie-ayam Jaguar. Tepat jam 08:27 diajeng tampak melintas dengan penampilan yang masih belum sesegar biasa nya. Langkahnya tangkas tapi tampak masih sedikit layu. Rambutnya tampak kering, agaknya flu nya masih terasa. Berkemeja cantik warna kunyit bermotif daun2 kecil dengan warna yang lebih merah cerah. Gaunnya hitam bersepatu kuning motif kulit ular. Tangan kanannya menjinjing tas kantoran nya. Agaknya suasana hatinya masih "nguyung" karena flu. Makanya tampilan nya juga belum seperti Srikandi. Alhamdulillah. Nuhun Gusti masih berkesempatan memandang lagi diajeng meskipun hanya sepintas lalu saja. Cuma saja selepas tampilan diajeng, mataku langsung berat tak tertahankan. Dalam tidur 90 menit itu aku bermimpi tengah membawa senapan berburu dan berhasil merebut simpati seorang gadis yang tengah diliputi rasa bimbang yang terpaksa harus ikut "boz" atau ikut aku yang siap melakukan perjalanan. Tampak gadis berkaos tangan panjang hitam bergaun biru tua itu berbaring di jok kursi panjang. Sambil meremasi jari kakinya aku membujuknya untuk ikut. Hehehe, mungkin aku kesengsem ya, karena bentuk kaki dan jemarinya itu sperti miliknya diajeng. Alhamdulillah sigadis itu memilih ikut denganku. Aku terbangun jam 10 lalu memanggil Wandi dan menyatakan akan melakukan perburuan sebagai ihtiar nyata. Bukan cuma sekedar ibarat menunggu turunnya hujan dilangit. Pokoknya ingin berusaha nyata sambil berdoa. Ora et labora. Gituh.

Saturday, April 01, 2006


Kalau cuma tampilan yang cantik, manis, molek, jelita, seksi, feodal, borjuis, gemerlap, pesohor, intelek, agamis, yang enak diajak berbincang apa saja. Perawakannya yang kayak bass-guitar atau bas-betot. Pembawaannya kayak bola bekel atau bola basket. Dari pelbagai kalangan profesi dan kualitas. Di wartel/warnet CV Raisson juga ada saja. Tapi yang sungguh mempesona hanya satu. Jeng Fiona saja yang berdaya magis. Keterpesonaan adalah ultima, yang melampui segenap perasaan dan emosi kasih sayang apapun di dunia ini. Percayalah Jeng.

Agnes


Kalau cuma tampilan yang cantik, manis, molek, jelita, seksi, feodal, borjuis, gemerlap, pesohor, intelek, agamis, yang enak diajak berbincang apa saja. Perawakannya yang kayak bass-guitar atau bas-betot. Pembawaannya kayak bola bekel atau bola basket. Dari pelbagai kalangan profesi dan kualitas. Di wartel/warnet CV Raisson juga ada saja. Tapi yang sungguh mempesona hanya satu. Jeng Fiona saja yang berdaya magis. Keterpesonaan adalah ultima, yang melampui segenap perasaan dan emosi kasih sayang apapun di dunia ini. Percayalah Jeng.

Yuli


Kalau cuma tampilan yang cantik, manis, molek, jelita, seksi, feodal, borjuis, gemerlap, pesohor, intelek, agamis, yang enak diajak berbincang apa saja. Perawakannya yang kayak bass-guitar atau bas-betot. Pembawaannya kayak bola bekel atau bola basket. Dari pelbagai kalangan profesi dan kualitas. Di wartel/warnet CV Raisson juga ada saja. Tapi yang sungguh mempesona hanya satu. Jeng Fiona saja yang berdaya magis. Keterpesonaan adalah ultima, yang melampui segenap perasaan dan emosi kasih sayang apapun di dunia ini. Percayalah Jeng.

Lusi


Kalau cuma tampilan yang cantik, manis, molek, jelita, seksi, feodal, borjuis, gemerlap, pesohor, intelek, agamis, yang enak diajak berbincang apa saja. Perawakannya yang kayak bass-guitar atau bas-betot. Pembawaannya kayak bola bekel atau bola basket. Dari pelbagai kalangan profesi dan kualitas. Di wartel/warnet CV Raisson juga ada saja. Tapi yang sungguh mempesona hanya satu. Jeng Fiona saja yang berdaya magis. Keterpesonaan adalah ultima, yang melampui segenap perasaan dan emosi kasih sayang apapun di dunia ini. Percayalah Jeng.

Kalau cuma tampilan yang cantik, manis, molek, jelita, seksi, feodal, borjuis, gemerlap, pesohor, intelek, agamis, yang enak diajak berbincang apa saja. Perawakannya yang kayak bass-guitar atau bas-betot. Pembawaannya kayak bola bekel atau bola basket. Dari pelbagai kalangan profesi dan kualitas. Di wartel/warnet CV Raisson juga ada saja. Tapi yang sungguh mempesona hanya satu. Jeng Fiona saja yang berdaya magis. Keterpesonaan adalah ultima, yang melampui segenap perasaan dan emosi kasih sayang apapun di dunia ini. Percayalah Jeng.