Wednesday, March 08, 2006

Tetelan bau?


Mas Harto dah mau tutup lantas kuamati dagangannya.
Tersisa sebutir bakso besar dan sekira selusin bakso kecil2.
Tapi di mangkuk lainnya ada beberapa irisan daging.
"Apa nih mas?" Kayaknya tampak gurih menggiurkan deh.
"Tetelan buat sisipan porsi bakso."
"Terus mau diapain nih?"
"Ya disimpan buat dijual lagi. Tapi dah rada bau tuh."
"Klo dah bau ya buat aku aja ya mas."
"Gak apa2 makan daging bau?"
"Weleeeh, bukannya daging bau yang lagi kita kejar."
"Wah klo itu mah setiap orang juga tahu." Kekehnya.
Alhasil 6 iris tetelan itu dibumbuinya lalu diguyur kuah bakso.
Kukunyah sepotong dengan nikmatnya. Beda ya hidungku dengan penjualnya.
Lalu perlahan bersama mangkuknya kubawa pulang.
Selagi menyeruput kuah bakso hari dah jam 21:05 tatkala Garova melintas.
"Beh, alamat emailku dah dibuka belum? Bukain dong takut mati."
"Memangnya kamu mau pake?"
"Iya dong nanti buat email2an sama Jane klo dia dah pulang."
"Iya nanti deh aku coba buka." Jawabku setelah diberitahu nama user dan password.
"Kemarin malam aku kayaknya melakukan kesalahan lagi."
"Lho, kenapa?"
"Waktu jeng Fiona melintas pulang aku mencegatnya di mulut KK40."
"Memangnya bilang apa?"
"Aku menyapanya sambil mengajaknya makan."
"Lalu dianya bilang gimana?"
"Dianya cuwek aja sambil terus ngeloyor. Malu aku telah menegornya."
"Tapi maksud babeh kan baik dan dia orangnya gak dendaman lho."
"Klo gak dendaman, lantas kok aku dah lama banget dicuwekin begitu.
Nyesel banget aku membuat wajah yang penuh senyum manis itu menjadi manyun begitu."
"Babeh sih pake nguber2, mana mencegat mana kirim2 surat segala. Tentu dianya takut.
Setiap wanita sama aja lho, klo diperlakukan begitu tentu takut. Coba seperti kayak sama aku. Kan kita masih tetap bisa ngobrol kayak begini. Dianya juga tentu akan masih datang ke wartel."
"Ya jelas jauh berbeda dong perasaan aku ke kamu sama terhadap jeng Fiona. Kamu lagih" Tawaku.
"Iya tapi coba deh pelan2 aja. Tapi memang dia gak suka ceritera apa2 sih."
"Iya sih. Padahal kemarin2 itu Fiona sudah tampak lebih bersikap lembut dan tenang.
Begitu juga teman2nya yang tahu "permasalahan" yang terjadi diantara aku dan jeng Fiona."
"Shabar aja beh dan berlakulah dengan shabar. Nanti2 juga semoga bisa berubah tergantung dia."
"Buat aku daripada dicuwekin begini mendingan kita dialog. Klo Fiona mau marah silahkan, biar masalahnya selesai. Aku dah lama lho kangen melihat senyumnya dan mendengar suaranya lagi."
"Makanya shabar beh. Aku pulang ya dah malam, tapi jangan lupa tolong bukain aku belum sempat."
Hemmhhh kapan ya, aku dikasih tetelan bau sekalipun oleh Fiona tentunya serasa harum dan gurih.

No comments: