Friday, November 14, 2008

Yuni

Yuliana Malasari



Dara cantik shalihah ini berasal dari Warung Kiara, Sukabumi. Panggilan sayangnya Yuli. Bekerja di Optik Zeiss Grand Indonesia.

Siti

Dara Kebumen yang kuning ayu mungil imut ini, ortunya tinggal di Bogor. Dianya teman setia Yuni yang suka nemenin klo jalan. Misalnya waktu interview di PIM kemarin dulu itu.

Ajeng dah pindah?





Semenjak Lebaran 1429H, Ajeng dan Etty tak pernah tampak melintas lagi. Kayaknya dah pindah. Meskipun sesekali Lalina masih suka tampak melintas. Kan sobatnya juga tuh.

Thursday, November 13, 2008

Oktavia Kurniati






Selagi mo nunggu baby yang kemungkinan pulang cepat, karena ada ancaman bom atas Plaza Inbdonesia. Jam 22.56 di anjungan rohto melintas gadis yang semakin cantik dan seksi aja, Okta. Klo melihat sosoknya rasanya Okta senam. Meskipun dari kesibukannya kayaknya mana sempat. Tapi manatau, kudoakan saja kesejahteraan nduk Yogya ini.

"Selamat malam Okta. Baru pulang?" Senyumku menyapanya.
Dara yang berjins biru dengan kaus yukensi biru juga ini hangat menyambutiku.
"Selamat malam bapak. Lagi ngadem ya. Kok belum tidur?" Tawanya renyah.
"Iya tuh. Sekalian nunggu Okta. Mau ya bapak ambil gambarnya." Senyumku seraya mengarahkan digcam.
"Boleh." Tawanya sembari masang badan. Lalu kuambil sekali. Sekali, lagi close-up.
"Dalam rangka apa nih pak?" Cerianya.
"Kan dulu bapak bikin tulisan tentang Okta. Nah ini pics nya. Okay gak?" Tawaku.
"Okay bapak. Klo gitu Okta pamit dulu ya." Senyumnya melebar. Tapi kuambil sekali lagi dalam posisi portrait.
"Okay Okta. Makasih ya. Selamat beristirahat."
"Bapak juga lho." Lalu dara cantik smp ke kakinya ini lantas berlalu.
Hehe, baru nyadar aku kenapa gak bikin videonya aja sekalian. Tapi pancaran lampu mercury ternyata kurang bagus buat dipakai pencahayaan. Citra video jadi muram. Biarlah lain kali disaat melintas pagi. Tentu Okta akan tampak lebih bugar segar.

Tapi ternyata smp jamm 23.45 baby tak juga tampak melintas bahkan dijanjinya mau mampir sebentar. Aku ingin call, tapi biarlah baby sayangku beristirahat aja.

Wednesday, November 05, 2008

Iwan & Dewi

Maaf. Ini kisah yang membuat saya semakin kagum kepada ilmu ki demang.

Semalam saya kedatangan Iwan yang melaoporkan klo Dewi sudah tidak kos lagi, tapi setiap hari pulang kerumah orangtuanya dengan diantar oleh Iwan.
"Tapi maaf nih Aa. Saya belum boleh datang kerumahnya. Tunggu saat yang tepat, kata Dewi. Tapi mamanya sudah tau kok a." Tawanya jembar.
"Alhamdulillah. Syukur atuh Wan, aa senang mendengar berita baik ini. Iya Wan, aa fahami klo kamu masih risih buat ketemu papanya."
"Tapi doain kami terus ya aa."
"Insyallah Wan."
"Klo gitu saya mo minta tolong sama aa nih. Obervasi dan pijatin saya juga dong a." Seketika Iwan meraung ketika saya melakukan observasi dengan memenceti median telapak tangan kirinya. Padahal seringan ngurut bayi aja tenaga yang dikerahkan diatas benjolan itu.
"Waduh Wan, pantesin aja kamu gak berani kerumah Dewi. Kamu ini sosok yang teramat gak pedean tuh. Terlalu banyak pikiran, sulit ambil keputusan penting, sering mimpi buruk, gak kuat lihat darah, klo ada keributan belum apa2 dengkul kamu yang gemetaran duluan. Kenyi tuh......" Kekehku.
"Aduuuh aa. Terimakasih, karena semua omongan aa betul tuh. Tapi udah aja ah. Membikin saya jadi malu sama si Inez aja nih." Tawanya sembari pamit.

Kesatria Cimahi

Semalam sekira jam 19 datang Iwan menyalami.
"Malam Aa. Menurut aa gimana wajah saya sekarang?"
"Baik Wan, wajahmu lebih cemerlang dan sorot matamu lebih yakin. Segitu belum aa pencet ya, baru dikasih nasehat aja."
"Iya a, saya telah dalami kebenaran nasehat aa. Saya tambah yakin nih."
"Syukurlah, klo buat Iwan cukup konsul aja. Buat apa coba dipencet segala. kecuali klo mau nungging seperti neng Dewi." Tawaku.

"Nah Aa, saya sama Dewi dah berembuk. Malam ini saya mau antar Dewi pulang ke ortunya. Tapi gak smp rumah, cuma sampai kemulut gangnya aja."
"Hussss, jangan begitu Wan. Jadilah kamu itu sosok kesatria Cimahi napa. Berlakulah perwira, jangan kayak musang yang mengambil dan menurunkan anak ayam di jalanan." Iwan tercenung seraya menatapiku dengan tajam.
"Kami tahu apa itu perwira?" Iwan menggeleng gelengkan kepalanya.
"Huh kamu mah kayak burung ketilang aja." Tawaku menerbitkan senyuman.
"Sikap perwira itu, siap membantu, membimbing, melindungi, mengayomi, mengupayakan kesejahteraan dan menyelenggarakan keamanan. Faham?"
Iwan tampak membisu tapi sorot matanya tengah mikir dengan cepat.
"Aa akan sangat bangga klo Iwan bersikap perwira terhadap Dewi. Kamu antar smp ke keluarganya kehadapan ortunya. Bisa jadi papanya galak. Tapi kan gak akan mungkin aja smp menempelengi kamu yang dah berani2nya anterin putri sulungnya itu. Tapi asal kamunya bersikap sopan. Klo ada nih ya, beli kuwe2 buat adik2nya. Buat menampilkan kesan kepada keluarganya."
"Hehe, iya juga ya a." Tawa pria jantan yang kemayu itu melebar.

"Atuh iya Wan. Dengar nih ya, Dewi itu menaruh harapan besar terhadapmu. Asal kamunya juga jangan lagi2 ajak2 Dewi kluyuran ketempat anak muda mangkal. Sosok Dewi itu memikat lho Wan. Klo kamu dikroyok 5 lelaki aja kamu bisa apa? Kamu kan bukannya kesatria baja hitam. Dan tentu aja akan membahayakan keselamatan Dewi. Sekarang antar Dewi pulang ya, manatau kamu akan segera beroleh restu hub kasih sayang dari kedua ortu dan simpati dari adik2nya. Tapi nikahnya nanti aja klo dah umur 30 ya. Okay Wan?"
"Okay, terimakasih ya Aa." Keloyornya ke tempat kos Dewi.

Dara Medan itu bernama Devi



Dara Medan itu bernama Devi. Cowoknya berasal dari Cimahi bernama Awan. Keduanya terlibat saling sayang. Dara yang berpididikan SMK Kebidanan ini ortunya tinggal di Kebayoran. Tapi atas sugesti temannya dia kos, alasannya lebih dekat ke tempat kerja.
Dirawati sambil duduk, dianya banyak curhat dan sesekali berlinang airmata. Asal selesai tugas, dianya menghabiskan seluruh malam ditempat tempat anak muda mangkal. Sosoknya tentunya teramat mudah menarik perhatian.

"Habis klo teman2 priaku datang kerumah, papa selalu bersikap galak dan kasar." Atuh gimana gak galak ya, lha wong dara ini yang sulung dengan tujuh orang adik2nya. Dari pendidikannya papa sama mamanya mengharapkan dia bisa bantu mengasuh dan merawat adik2nya. Lagian siapa papa yang suka dara cantiknya berlaku gak karuan dirumahnya yang selalu sibuk itu.

"Jangan putuskan hub dengan ortu dan saudara2mu ya Wi. Saranku segeralah kamu pulang. Cium tangan kedua ortumu sambil minta maaf telah membuat mereka khawatir." Pesanku sesaat mendengar dia dah 3 minggu gak pulang, yakni selama dia kos. kebayang dong kayak apa khawatir ortunya.

"Jangan lupa Wi. Bisa aja ortumu berharap kelak kamu dapat jodoh yang baik yang bisa ortumu jadikan sandaran ekonomis mengingat beratnya kehidupan papamu dalam berjuang membesarkan dan mendidik kamu dan adik2mu. Tapi agar hal itu bisa terwujud, seharusnya kamu jadi anak rumahan yang baik. Jangan kayak sekarang kamu malahan jadi anak jalanan yang salah2 buatan biasa aja menjadi korban mainan para lelaki. Tentu kamu gak mau kan?"

"Dah kebayang betapa marahnya papa sama mama, klo tau aku minggat karena desakan pacarku itu." Jeritnya ketika kutekan median tangan kirinya.
"Klo kamu pikir perlu, aku bersedia mengantarmu pulang dan bicara kepada ortumu. Manatau papamu mau kurawat darah tingginya. Jaga jangan sampai papamu kena stroke lho Wi. Kalau hal itu terjadi kasihan mama kamu yang akan kerepotan sekali mengurus papa dan adik2mu." Dia mulai menangis sesenggukan seraya rebahan dipangkuanku.

"Kos disini kamu tentu harus bayar sedikitnya 600. Klo kamu pulang pergi dari rumah ke hotel akan makan ongkos 250ribu sebulan. Bagi mama kamu selisih yang 350 itu akan sangat berharga buat ikut meringankan beli makanan bagi adik2mu. Kamu juga masih bisa bantu dengan tips yang kamu peroleh bukan?"
Hehe, si Dewi tampaknya tengah berkalkulator di wajahnya yang mulai kendur.

Sebagai finishing-touch malam ini, kutekani juga ceruk atas titik temu antara jari 1 dan 2 dikedua kakinya. Penting buat menjaga agar gangguan lever akan lebih baik. Ini tersirat di bola matanya yang kekuningan itu.

Selang sejam teman cowoknya datang menanyakan apakah Dewi sudah datang menemuiku. Ketika kuiyakan, dianya langsung call Dewi via hp.
"Gak bisa A. Kayaknya hp nya dimatiin deh." Wajahnya tampak kecewa.

Wednesday, October 15, 2008

Yuni

Yuni



Sebetulnya 3 bulan yang lalu aku seringkali duduk di anjungan rohto, disaat gadis tinggi semampai berkulit kuning kemerahan itu melenggang pulang ke Menaragading. Aku juga suka wrajin aja menyapanya, karerna wajah yang friedly dan akrab itu meski kikuk tampak selalu tersungging senyuman manis di wajahnya.
"Selamat sore. baru pulang..." Sapaku disekira jam 15.45 an.
Sigadis itu kadang menjawab verbal tapi lebih banyak dengan senyuman diam.

Dianya pernah juga datang ke wartel buat menelepon, sayangnya wartel lagi rusak. Dan hanya sekali itu aku melihatnya datang ke wartel, klo ke warnet seingatku malahan gak pernah. Seterlah itu ;lama sekali aku gak mpernah melihatnya lagi.

Ndilalah, malam ini dia datang ke warnet bersama teman2nya. Ketika dianya baru duduk di pc #5, aku langsung menyapanya, "kemana aja udah lama gak kelihatan?" Hehe sigadis tampak heran. Tapi segera kusambar aja, "baru pulang mudik ya?"
"Nggak kok pak. saya mudiknya waktu puasa."
"jadi lebaran sudah disini lagi?"
Iya pak." Tawanya dengan roman yang mulai cerah.

Tak lama dara itu mendatangi meja kasier. lalu mengacungkan lengannya yang sempat kuperhatikan langsing cantik, dengan kulit beningnya. Jemari dan telapak tangannya tampak sehat dan halus hangat.
"Pak saya mengucapkan selamat lebaran. Mohoin maaf kalau saya banyak kesalahan kepada bapak."
"Lho kesalahan apa? kamu gak punya sa;lah apa2 kok."
"Bukan pak  kan saya sering liwat didepan bapak disaat bapak tengah duduk disana." Tunjuknya keraha anjungan rohto.
"Wah nggak ah. Tapi terimakasih, bapak terima salammu dengan hangat ya." Senyumku seraya menatapi wajah dan lehernya yang tampak mungil. "Tapi maaf, klo melihat bentuk lehermu kamu agaknya terkena gangguan maag ya."
"Wah rupanya bapak bisa meraba hati orang ya. Tapi saya gak menderita gangguan maag kok pak. Kecuali klo lagi puasa, saya menelan promag buat berjaga jkaga aja."
"Bapak biasa menerima curhat apa aja kok. Lalu memberikan perawatan dengan metoda akkupressur." Lalu kumemintanya buat memperlihatkan telapak tangannya. Kugenggam sesaat lalu kutatapi. "Nggak ah kamu gak ada gangguan alergi, tapi bapak yakin kamu memang ada gangguan maag. Umumnya karena telat makan dan gangguan pikiran."
Duh tatapan gadis Cilacap 20 tahun itu tampak mengheraniku.
"Duh kamu juga kekurangan haemoglobin. Makanya kamu sering kedinginan." Seruku seraya meneliti mahkota kuku jemari tangannya.
"Iya pak, klo ;lagi sakit saya suka menggigil." tatapnya.

"

Gak terbayangkan betapa cantik langsatnya dara itu.




Seminggu yang lalu dara berkaus coklat susu dengan panties bermudian kotak ini masuk lalu duduk di pc#5.  Ketika meliwatiku rasanya aku kenal dengan sosok, raut dan senyuman manisnya. Kemudian dianya duduk sambil bersila diatas kursi roda berjok merah. Buih, berkali kutatapi sosok eloknya seraya akunya rajin aja mengelusi putih tungkainya yang elok. Hari dah malam sekira jam 22, mataku dah berat kepingin segera merebahkan diri. lalu operasionil kuserahkan kepada Adel.

Dua hari kemudian sekira jam 22.02 dianya datang lagi bersama teman wanita dan teman co yang bergaya gay. Dianya duduk di pc #5, teman co di pc #4 sedang teman wanitanya di pc #15. Gileh, kulit langsat berjins hitam itu seronok betul di blus hijau metaliknya. Ketika duduk itu belahan dadanya tampak rendah, sehingga keelokan tepi dadanya tersembul mengkesiapkan. Selesai buka email, teman cowoknya mendekati konter kasier. Lalu diambilnya gitar akustik yang tersedia dan dipentilinya senarnya dengan irama yang eman halus.
"Boleh saya pake gitarnya ya oom." Tawanya menatapiku.
"Hehe, silahkan aja memang sengaja disediakan buat dipetik kok." Tawaku renyah.
Tak lama sicantik juga selesai dengan  pc lalu duduk menjajarinya dikursi tunggu. Si cowok segera bangun dengan  rupa jengah, dan sidara dengan agak manyun lalu duduk mencangkung sambil lengan langsat cantiknya memeluk dan mementili gitar tanpa nada.

Ditengadahkannya kepala dan tatap mata kami bentrok ketika dia mengangkat wajahnya kearahku yang sambil berdiri menatapinya.
"Kenapa pak?" tanyanya sambil senyum yang memperlihatkan bundar lingkar bibir yang ranum.
"Weh ternyata neng juga suka main gitar ya. Sayang hatinya lagi jalan kemanaaaa gituh."
"Wah bapak bisa aja. Nggak kemana mana kok pak."
Tak lama temannya selesai, lalu teman co mebayar sejumlah 18.300 buat mereka bertiga. Diluar yang co ke selatan, sedang sidara dan temannya kearah Utara. Ketika ku jejaki ternyata keduanya masuk ke Menaragading.

Semalam yang cowok datang lagi berharudum sweater dengan tutup kepala yang dipakai. Huh, apa gak matak gerah tuh, klo bukannya sekedar mode aja mah? Tak lama sidara elok itu datang menyusul seraya melontarkan senyum manis dan sedikit kerling kepadaku. Sidara lalu menjajari si cowok samnbil tangan kirinya merangkul pundak sicowok. Aku yang duduk menatapi tungklainya yang kembali berbalut panties bermuda cokleat susu itu, tak puas2 memandangi bulatan dengkul dan betisnya. Pandanganku juga luruh sampai ke jemari kakinya. Udahan 10 jemari tangannya yang mulus dan lentik itu teramat menggugah selera.

Tapi sesaat sidara mengintip wajahku seraya tersenyum manis diraut wajahnya yang bergaris kearaban itu. Orang Sunda umumnya bilang Kauman.. Wah aku poatang nih. Weh agaknya sidara memang sadar betul klo aku sering menatapi sosoknya yang indah itu. Aku sudah siapkanm kamera buat memintanya untuk diambil pics nya.

Monday, October 06, 2008

Intan



Selagi abah merenungi reaksi posting pamitan di Goodreads yang sempat menbuat mataku basah. Disekira jam 2045 masuk satu  sosok gadis langsing kuning cantik temannya Ade. Intan.
"Halo beh." Tawanya seraya menyalamiku. "Maaf lahir bathin ya beh."
"Selamat hari raya Lebaran ya Intan. Maafin babeh lho suka rajin godain Intan." Senyumku.
Wajah yang manis itu tampak lesu, saat menaruh satu box kardus kecil di konter kasier.
"Intan baru pulang kerja atau pulang mudik nih?"
"Iya beh baru pulang nih. Mana dah 2 hari gak tidur."
"Dari Yogya?"
"Iya beh. Ini ada sedikit oleh2 buat babeh." Tawanya.
"Hehe makasih ya Intan. Ini tentu  bakpia patuk ya." Senengnya aku merasai lagi bakpia, setelah di tahun 2002 dibawain keluarga Retno Haniani dan di 2007 lalu dibawain oleh neng Wiena yang baru pulang melaksanakan tugas profiling kantor ke Jogya.
"Iya beh. Bakpia patok."
"Kok patok sih? Patuk. Kan produksi rumahan warga di jalan Patuk."
"Patok beh." Tawanya. Dah dulu ya beh. Intan nguantuk banget nih." Resahnya.
"E-eh klo mau langsung tidur, Intan kesini dulu." Godaku.
"Apaan sih beh?" Tengoknya. Dan aku langsung menunjuk ke tengah pipi kiri yang jambrosan.
"Wah sibabeh mah." Tawanya sembari merengut dan langsung balik ke Menaragading.

Okta



Duh hampir aja lupa, klo beberapa waktu yang lalu di malam Ramadhan 1429H ini. Sekira jam 20.15 selagi duduk2 dianjungan rohto bersama Evan, melintas satu sosok ayu yang sempat ditanyakan Evan, "Babeh kenal gak cewek yang mau liwat itu?" Buat menengok ke belakang tentunya abah risih buat jaga etika dan tatakrama. "Yang mana Van?" Tanyaku. "Itu yang lagi jalan dibelakang babeh." Makanya kutunggu aja toh bakalan liwat ini.

Gak lama, satu sapaan halus datang dari arah belakang menuju ke Menaragading.
"Selamat malam bapak..." Hehe dari gaya jalan dan swaranya tentu nduk Okta.
"Selamat malam nduk Okta. Baru pulang?" Jawabku dengan sapaan standar Raisone.
"Iya bapaaak. Gimana khabar bapak, baik?"
"Alhamdulillah sehat. Nduk sendiri gimana?"
"Alhamdulillah. Saya juga sehat bapak." Tawanya dengan cantiknya.
Iya dari sosoknya yang jangkung kayak model itu, keayuannya menunjukkan kesehatannya. Blouse kaus yang pinky, jeans yang biru mahal dan sendal kenip bertali putih yang membalut kakinya yang indah. Dan tentu saja rambut hitam gompyoknya yang dibiarkan tergerai dibahunya yang punya leher jenjang itu.
"Duh bapak ingat aja masih punya utang janji buat makan malam bersama nduk Okta."
"Iya bapak, tapi kan kita masih banyak waktu." Tawanya mengelak.
Duh kayak apa cantiknya geligi itu dikala mengunyah makanan atau disaat mereguk minuman.
"Mari bapak. Saya pulang dulu."
"Oh mari nduk. Monggo selamat beristirahat ya."
"Iya bapak, terimakasih." Senyumnya seraya melenggang indah meneruskan jalannya.

"Kok babeh bisa kenal dia. Gimana caranya beh?" Bisik Evan seraya mereguki gaya jalan macan lapar itu sampai menghilang dibalik pintu masuk Menaragading.
"Yah Evan. Babeh kan pengusaha warnet wartel." Tawaku, meski gak sembari tepuk dada juga.
"Dah lama kenalnya beh?" Menung Evan dengan masyuknya.
"Lama juga, malahan babeh lagi punya janji buat makan malam bersamanya lho."
"Waaaaahhhh, ajak2 dong beh. Klo sama dia mah Evan juga mau tuh. Tau gak beh, asal dia liwat selalu menjadi obyek tatap kagum kami bertiga, Evan Ade Fatrah. Pokoknya asal dia liwat, sepenting apapun obrolan kami bertiga, kami tentu terdiam. Sambil ngebayangin apa yang ada di pikiran cewek yang bermuka dingin itu. Sungguh baru sekali ini Evan melihat tertawanya."
"Husss kamu mah. Inginnya sih dia jatah babeh. Umurnya 27, sedangkan kalian belum 23. Gak nempil dong. Jangan lupa lho, babeh sayang dia." Godaku.
"Lho kok babeh sih?" Plongonya entah apa yang dia bayangin saat itu.
"Dia gadis yatim sejak umur 2 taun Van. Babeh kagum sama ibunya yang gak nikah lagi. Tadinya dia kerja sebagai liaison-officer satu hotel negara di Jogya. Sekarang dia kerja di hotel swasta di kawasan Kuningan. Makanya klo pulang malam2 begini. Dah cape, en tentu klo boleh babeh bisa merawatnya dengan sebaik2nya tuh. Perlu nohapenya gak Van?" Godaku sambil meninggalkannya karena ada pelanggan yang mau membayar. Hehe, bandot muda yang lagi nunggu saat2 wisuda S-1 Fikom itu jatuh tercenung dalam diam.

Friday, August 22, 2008

Huh, sedil...



Di jam 16.15 selagi duduk dianjungan rohto, tampak Fika anak pak Salam yang tengah hamil sedang 5-6 bulan melintas. Tentunya kusapa secukupnya. Dari arah Menaragading melintas 2 sosok, Ajeng dan Etty. Etty mengenakan kaus oblong oranye (oren klo kata Gaby mah) dengan celana panjang putih. Sementara disebelah kirinya Ajeng tampak kuning bersih di tumit betis lengan dan leher yang menggiurkan, kayaknya baru habis mandi sore lalu turun menara mencari makan. Dari belakang kulahap habis keindahan pantat onggel yang ditutupi celana abu2 sebatas lutut. Tubuhnya ditutupi kaos polomax hitam yang pas ditubuhnya yang kukuh lentur indah. Sementara kakinya mengenakan sandal kulit teple yang cantik. Rambutnya yang pendek diikat bando.

Sayang kamera ada dilantai atas, tapi akan kuambil buat menjepretnya disaat balik. Meski ditungguin smp saat maghrib juga belum nongol tuh. Padahal tadinya mah niat motret itu biar gak mungkin dapat mukanya juga pantatnyapun jadi. Huh, sedil pisan. Hehe.

Sunday, August 17, 2008

Kok sekarang dipanggil ibu ya.



Chici Pelangi baru saja meninggalkan temannya diatas Myo yang ngejegang di KK31, lalu masuk ke warnet buat melihat pc nya yang terkena virus tengah dikutak katik oleh Ade. Meninggalkanku sendirian dianjungan rohto sambil kukulisikan menepuki gerombolan nyamuk musim panas yang asyik aja mengeroyokiku. Sekira jam 19.20 seorang mbak bertubuh tambun menyerukan salam, "Darimana bu." Kepada dua sosok bayangan yang menuju kearahku duduk. Ternyata Ajeng dan pengawalnya Etty. Ajeng menjawabnya dengan tertawa sambil melayangkan pandangannya sekilas kearahku duduk. Sosok pesona berkulot gelap dengan blouse toska dan bando senada dirambutnya tampak bening airmukanya. Begitu juga kakinya disepasang sendal jepit putih itu. Aku ambil sikap  mencuekinya saja sambil tetap sibuk gegaruk. Sementara dari bayangan mata, Etty serasa seblu memperhatikan sikapku. Duh Etty, habis akunya kudu gimana lagi atuh? Ternyata mbak bertubuh tambun itu juga bermukim di Menaragading. Tapi kok Ajeng sekarang dipanggil ibu ya?

Monday, July 28, 2008

Ajeng



Dah lama ya gak ada kisah Ajeng. Habis jarang banget tampak melintas sih. Pernah sebulan lalu waktu ada yang cek mesin Katana, Ajeng melintas pas aku berdiri di luang pagar. Dari ekor mata tampak geraknya dengan senyum di wajahnya. Berkaus coklat muda dan jean putih. Sempat juga sih lihat gerakan jemarinya yang bersih dan indah, dan hanya itu aja yang kusempat.

Sekira Rabu petang seminggu yang lalu. Dari meja kasier tampak Ajeng melintas dengan blus putih dan gaun lurik putih hitam. Dilengannya terjinjing tas besar hitam yang tampak berat. Gerak tungkainya yang gemulai tampaknya disangga sepatu balet merah. What a fancy shoe!

Friday, May 02, 2008

Intan



Ternyata sosok gadis langsing cantik ini telah menarik perhatian anak2. Dan Intan, memang gadis yang ramah, ceria dan suka ngobrol. ternyata dia kerja di Bank Danamon. Dara manis itu ternyata ortunya berdomisili di Poris Pelawad itu lho. Intan Kumaladewi bekerja di Bank Danamon.

Thursday, March 20, 2008

Nduk Dhani



Tadi tuh ya di jam 20.00 ketika lagi duduk ngadem di anjungan rohto sembari nyeruput segelas jus jambu batu merah dingin. Seunit motor berpenumpang 2 orang berhenti didepan Raisone. Lalu sesosok dara langsing kuning cantik tersenyum, '"Selamat malam oom. Wartelnya buka ya oom?"
"Eh nduk Dhani. Selamat malam nduk. Iya wartel buka tuh nduk." Jawabku. Sementara Dhani ke KBU #1, temannya memarkirkan motornya lalu tegak bersandar ke motor menunggu nduk Dhani. Aku lalu mengajaknya duduk dianjungan satunya didepanku, dan dengan sikap santun dianya mendekati seraya menenteng helmnya.
"Udara panas sekali ya." Kubuka saja obrolan ringan.
"Iya nih oom. Kayaknya hari ini gak hujan deh." Tawanya.
"Iya rasanya memang nggak, Tapi kemarin2 meski hujan juga tetap aja sumuk." Kekehku.
"Iya oom, hawa sekarang semakin panas aja." Tawanya menimpali.
"Untung juga simas memakai helm ya. Klo gak kan kulit kepala bisa lumer meleleh tuh." Godaku kepada cowok muda ghuanteng ini yang disambut dengan tawanya.
"Tinggal dimana?"
"Di Mampang oom."
"Mampang mana, Perapatan atau Buncit?"
"Buncit oom."
"Udah lama tinggal di Buncit?" Kenangku akan Suparmin teman semasa SMAku dulu.
"Baru oom, belum sebulan."
"Pindahan darimana?"
"Tadinya di Pondok Gede oom." Jawabnya dengan ringan.
"Pondok Gede yang masuk ke Bekasi atau Jakarta?"
"Perbatasan sih oom. Jatiwaringin dan Asrama Haji kan masuk Jakarta Timur oom." Tawanya.

Tak lama sinduk Dhani sudah selesai menggunakan jasa wartel, lalu datang menghampiri.
"Long wiken, kirain nduk Dhani berlibur ke YK."
"Nggak kok oom, tapi tadi bapak datang. Tapi sekarang sudah pulang lagi."
Tawa sinduk dengan cantik sumringah serasi dengan busana yang dikenakan pas di seliranya. Mengenakan jins coklat luntur dan longsleeve t-shirt berwarna coklat kehijauan. Kakinya yang kuning bersih cantik itu mengenakan sendal jepit kulit teple khas YK yang cerah kekuningan.
"Mari oom." Senyumnya nyopan seraya permisi yang diikuti oleh temannya.
"Iya mari nduk. Selamat istirahat ya." Senyumku seraya nyaman menatapinya.
Keduanya lalu berboncengan buat ke Menaragading yang hanya terselang rumah sebelah kiri dan masjid itu. Duh hebatnya adab sicantik itu, meskipun sinduk bisa aja jalan kaki 15 meter aja. Tapi begitu dia hargai sosok temannya dengan ikut berbonceng di motornya. Beruntungnya dia. Inilah sosok wanita berbudaya luhung, yang tahu ngadiseliro yang kecantikan pisiknya selaras dengan kecantikan bathinnya. Subhanallah. Tentu terlahir dari satu pohon keluarga linuwih.

Thursday, March 13, 2008

Busana putih hitam kayak lagi magang aja deh



Selagi bikin tulisan di Goodreads, dari sisi kanan melalui kaca jendela di jam 14.20 tampak Ajeng berlalu buat beraktivitas. Dari gaya jalannya tampak lagi kesusu ngejar waktu. Wajahnya juga kereng dengan bibir cantik lipstick grave bertaut kayak yang lagi emosional deh. Mana tata rambutnya simpel cuma diikat belakangnya doang. berblus putih dengan rok hitam. Selebihnya gak kelihatan tuh. Tenang aja atuh Ajeng, tak akan lari gunung dikejar kok. Be lovely, gituh lho.

Saturday, March 08, 2008

Alhamdulillah, ternyata masih ada.



Hehe, makasih buat komplimen teruk nih. Semalam pulang dari masjid di jam 19.20 begitu mahu masuk warnet, aa berpapapasan kat Ajeng yang dah lama tak tampak. Aa kira pindah kerana dah berkahwin, tapi ternyata masih tetangga boarding house kat aa. Hati pun tergelitik Kenapa Ajeng yang cantik jelita seksi itu masih belum temu jodoh. Entah juga klo ianya masih menunggu saat2 aa menduda tuh. Kan aa dah tahu klo Ajeng tak mahu dimadu, meski aa pernah bilang terpesona kat Ajeng di 2005 juga. Gituh lho TA Meskipun dibawah sinar lampu mercury yang temaram, aa tak begitu perhatikan. Namun sekilas gadis yang berkemeja putih bercelana bermuda bermotif bunga kelabu itu tentu tetap tampil mempesona meski jalannya bergesa juga.. Hehe, kapan deh yaaaaaa?!

Thursday, March 06, 2008

Flashdisk yang bikin telmi...



Besoknya pagi2 di jam 6 kubawa saja FD itu ke Menaragading. Begitu masuk ke pintu kecil tampak bu Ani tengah membakar sampah dipekarangannya. Setelah kuutarakan maksudku, lalu kutitipkan saja FD itu kepadanya buat disampaikan kepada jeng Dhani.
Sekira jam 7 selagi nulis di blog ini, terdengar sapaan Selamat pagi yang halus lembut. Saat kudongakkan kepala di frame pintu tampak sesosok putri yang indah jelita, cantik dan manis sekali. Klo dekat tentu akan tercium bau tubuhnya yang segar wangi.
“Terimakasih ya oom. Jadi repotin oom aja nih.” Tawanya berkerlip dimatanya..
“Selamat pagi jeng. Tentunya semalam tidurnya nyaman ya?” Kekehku. senang.
“Memangnya saya kelihatanya gimana oom?” Tawanya.
“Jeng tampak segar, ceria, jelita,. Kecemerlangan kulit tampak beda dengan penampilan semalam.” Hehe, tetapi aku faham karena tampak klo jeng Dhani lagi kesusu kok.
“Sekali lagi terimakasih ya oom.” Tawanya sembari mengacungkan laku sungkemnya.
“Tak apa kok jeng. Oom senang klo ada yang bisa oom lakukan buat jeng Dhani.”
Lalu jeng Dhani pamit, dan kuresapi penampilannya yang mengenakan busana coklat gelap dengan seuntai selendang senada yang berjulur di lehernya yang cantik itu.



Hemmmhh, ceritera soal FD tentunya lagi menjadi perhatian khususku sejak semalam. Jengkel juga sih disaat kuperlukan buat menyimpan data, tapi malahan lungo saat mau kutatapi kembali. Agaknya karena semalam aku kecapekan banget, makanya operasi simpan folder di drice C menjadi fatal. Hehe, salah lihat kudunya klik D malahan klik C.
Sebetulnya sih ada FD kebanggan, hanya karena bentuknya yang tipis tapi spasinya 128MB. FD itu dibeli dari M2M awal Maret 2005, juga tak bisa kugunakan buat simpan file di 21 Agu 2005 karena tengah dipinjam oleh Aip sulungku buat transportasi data dari KK ke Citra.. Iya sih karena peristiwa itu makanya lahirlah blog Menaragading ini. Lamaaaaaa baru dikembalikan di akhir tahun 2007 yang lalu saat Aip transportasi data Raisone buat Ade dan ibunya. E-eh 3 hari sebelum kisah jeng Dhani ini, kembali FD itu dipinjam oleh Fajar temannya Ade buat distribusi data ke teman2nya di kampus. Tapi kan akibatnya sama aja bagiku. Matak telmi kehilangan data2 yang sungguh penting..

Flashdish tertinggal


Di kunjungannya yang ke 2 malam itu Dhani tertinggakan flashdisk diatas konter. Seperti biasa barang temuan seperti itu lalu kugantung saja di trali besi boongan agar mudah ditemukan. Lalu tinggal kutunggu kedatangannya besok karena muatan FD itu penting banget. Tadinya ingin kuantarkan biar Dhani gak kawatir atau apa, maklum saja sejak jam 22.50 saat dianya menanyakan kapan tutup dengan wajah tension yang nampak dah capek dan mengantuk entah bete. Agaknya lagi dikejar deadline. Sempat kutawarkan minuman teh panas atau mie rebus, agar terjaga kesehatan dan stamina. Tapi dengan manis dia menolaknya. Duh pokoknya sibuk banget deh. Mana sambil typing, dianya juga minta nofax buat kekantornya. Setelah dapat fax lalu bikin janji buat kirim fax balasan, setelah dokumen yang disiapkannya selesai..Sayangnya tak terpenuhi karena hari kian larut malam. Sempat juga sedikit2 kugodai sambil kukagumi sosok keayuannya, Dia tampaknya menikmatinya dengan sopan. Tapi lalu kuhentikann saja kawatir konsentrasinya malahan tersendat. Akhirnya kujanjikan akan menemaninya sampai keperluannya selesai. Itu terjadi di lewat tengah malam setelah ngeprin dll.. Entahlah, tapi melihat sosoknya timbul aja rasa saying sayange kepadanya. Setelah kubekali pesan2 buat jaga kesehatan, “Ingat lho, oom gak mau nduk sakit.” Ditinggalkannya seulas senyuman manis seraya kembali ke boarding house nya.

Thursday, February 28, 2008

Buat Dhani jam berapapun tentu kutunggoni.

Bunga nirwana


Tak lama atau di jam 21.15 Dhani kembali lagi lalu duduk di meja #15 lalu bertanya ke SAde tentang pelayanan fax. Kemudian menelepon rekannya sambil menyebutkan nomer fax Raisone. Tak lama 4 lembar dokumen terkirim dan diterima

Dhani, sang putri YK...

  Cahaya

Menjelang maghrib saat mau mandi sore, pintu dapur terbuka. Buat menjaga hil2 yang mustahal maka sebaiknya kututup aja ya. Ketika mendekat, dari celah garis pintu tampak seorang gadis berjinsbiru berkaus merah bule dengan rambut diekorkuda lagi bimbang mematutkan diri masih berdiri, lalu duduk diatas kursi didepan kompi #13 di jam 17.57. Selesai mandi aku ingin membuka Opera buat menjejak kota di Malaysia buat kugunakan member searching di Skype. Sambil menjinjing segelas kopi kuliwati saja gangway didepan gadis itu buat menuju ke kompi #4 satu2nya yang masih kosong.
Tiba2 gadis cantik bertubuh sintal semampai itu menyapaku.
“Selamat sore oom.” Ucapnya sambil tersenyum manis. Gurat wajahnya memang cantik ditunjang oleh postur yang impresif dan kulit yang kuning bersih.
Lalu dengan ragu kujawab buat tatakerama, “Selamat sore. Apa khabar? Kok udah lama gak kelihatan.” Tawaku sok akrab. Biasalah namanya juga pedagang jasa ya kudu ramah. Apalagi disapa duluan. Mana oleh gadis cantik ayu menawan mata dan rongga hati.
“Baik oom.” Tawanya dengan akrab.
“Mari, silahkan.” Tawaku seraya duduk sambil mikir2 siapakah gerangan dianya ini?

Selagi sibuk cari2 data pribadi yang tadi siang sempat kusimak tapi belum ketemu, katanya Kelantan deh,  gadis itu menyapaku, “oom, boleh tidak saya pindah.” Tanyanya sambil matanya memindai meja2 warnet. Tapi kebetulan lagi fullhouse tuh.
“Kenapa mbak?” Tanyaku sambil memandangi postur cantik menarik itu.
“Ini oom. Mouse ini susah buat dipakai ngeblok tulisan.”
“Mau nggak kalau pindah kemari?”
“Nanti aja deh oom.” Jawabnya sembari mikir. Agaknya dia tak nyaman hati karena tahu kalau kompi yang kutawarkan itu lagi kupakai. Aku lalu lanjut ngenet. Tak lama Yogi di meja #1 bangkit lalu bayar ke kasier. Dan gadis itu langsung memindahkan bawaannya di meja#1. Kemudian menuju ke kulkas minuman dan diambilnya sebotol soda.
Dia tampak sibuk dengan berkas2 yang dibawanya dan beberapakali calling via hape. Tapi vokal yang keluar dari bibir cantik mungil itu rasanya kukenal kok. Lalu masuk lagi Yogi bersama Lina yang duduk di #2. Hehe, Yogi menyapa sicantik. Kok akrab dengan Yogi? Apakah dia kost di Menaragading juga ya? Tapi tampaknya tak akrab dengan Lina. Yogi lalu duduk di meja #6. Selagi aku semakin asyik aja menatapi postur dan gerak bibirnya. Datang 2 orang yang mau make kompi. Tersedia #13, hehe buat yang satu lagi aku kudu merat dong. Setelah ku close semua site yang kubukia, aku lalu begeser ke konter kasier. Nah disitulah aku baru tersadar....

“Maaf. Ini Dhani ya?” Sapaku buat konfirmasi.
“Iya oom. Kan tadi oom dah bilang iya Dhani.”
“Nggak ah. Tadi oom bilang selamat sore apa khabar, tapi gak sebut nama Dhani kok. Duh maafin oom yang gak segera ngenalin Dhani mya nduk.” Tawaku dengan malu.
”Nggak apa2 kok oom. Saya yang terimakasih sama oom.” Tawanya dengan huayu dan ma’ruf. Duh Dhani nduk Yogyakarta ini memang ketoro nyoto tatakrama priyayi inteleknya. Di jam 20.17 Dhani selesai entah karena temannya datang. Setelah membayar, lalu kutatapi langkahnya saat melintas di transparansi dinding kaca depan. Tapi itu botol soda yang baru tereguk sepertiganya langsung ditinggalkannya diatas konter. Agaknya tahu aja Dhani klo aku memang lagi butuh soda buat menyamankan sengal di pinggangku karena kebanyakan duduk.



.

Thursday, January 24, 2008

Mayo Atrisa



Dara manis Jambi yang berkulit kuning bening ini kost di KK37. Tapi sudah hampir 2 minggu menjadi klien warnet, sambil mencari tempat kost baru. Tentu aja kusarankan di Menara. Alumnus HNI Bandung ini mengeluti kesehariannya di kitchen hotel berbintang di Jalan Thamrin. Hehe jadi ingat pernah kerja selama 3 bulan di kitchen hotel Asoka di 1970an
“Pic Mayo dengan busana cheong-sam apik punya tuh. Boleh gak bapak simpan diblog.”
“Klo oom suka silahkan aja. Tapi pic itu biasa aja deh oom.” Tawanya manis.
“Gak biasa ah. Tapi rhuuuuuuaaaaarrrrr biasa kok.” Godaku. Tawanya kian cantik aja..
“Oom juga ada sepupu di Jambi tuh. Rumahnya di jalan Camar II.”
“Waduh Ayo gak tau jalan Camar dimana tuh oom.” Tawanya masih cantik.
“Mayo tau gak ruko Matahari?”
“Rumah Ayo dekat ruko Matahari tuh oom.” Sibuknya merabai tas jinjingnya.
“Sepupu oom rumahnya dibelakang ruko Matahari. Ya udah, nanti kapan2 kita ngobrol lagi ya.” Tawaku yang dijawab dengan senyumannya. Lantas setelah mengiyakan, sosok cantik Mayo melenggang kearah KK40.
.

Tuesday, January 22, 2008

Kemeja hitam muda cantik...

Jam 17.00, selagi duduk di anjungan rohto bersama Ade dan Evan sambil menikmati jus jambu merah bikinan ambu. Dari belakang melintas Ajeng menuju ke Menara. Sikapnya memang tenang, tapi langkahnya tak gemulai. Tungkainya disangga oleh sepasang sandal kulit teple kuning, memperlihatkan tendon yang agak tebal. Tangan kiri menjinjing tas besar. Pesonanya justru datang dari kemeja hitam muda cantik yang disangga oleh rok apik berbahan lurik bergaris lebar hijau dan ungu. Rambut sekuduknya selalu hitam tampak agak bergelombang. Sayang tak sempat tampak rona wajahnya, juga disaat membuka pintu kecil ke menara...

Sunday, January 20, 2008

Gituh lho.



Duh dah lama banget gak pernah melihat Ajeng, smp tadi siang sekira jam 11.25 ketika tengah berbincang bersama Ade dianjungan rohto. Sidemplon itu melintas dari menara. Kayak yang baru pulang liburan di pantai deh, inipun cuma asumsi dari melihat pekulitannya yang lebih gelap. Dikenakannya t-shirt putih dan celana bermuda hijau pupus berkotak kecil2, rambutnya ditutup dengan setangan semu kuning. Tungkainya bersangga kepada sepasang sandal jepit leisure. Langkahnya masih tetap segemulainya Ajeng. Gituh lho.

Thursday, January 17, 2008

Okta



Sejak poagi ISP ngampret gak jalan, akibatnya suhu warnet semakin panas. Makanya kubuka aja pintu, lalu duduk di anjungan rohto. Sekira jam 07.15 dari arah belakang terdengar sapaan manis lembut.
"Selamat pagi pak Eman..." Kiranya Okta tampil dengan wajah segar dan senyum mengembang. Duh busana gelapnya tampak serasi dengan bangun tubuh dan kuning tungkainya yang ditopang oleh sepasang sendal kulit khas Jogya. Lengan kanan mencangking blazer hitam.
"Selamat pagi nduk. Apa khabar?"
"Alhamdulillah baik pak. Bapak gimana, sehat khan?" Tawanya mengorak membentuk lesung pipit manis di wajahnya dan  sudut matanya menjadi lucu.
"Alhamdulillah sehat nduk. Kok lama gak kelihatan?"
"Iya pak, aku pulangnya malam terus."
"Kantor Plaza Indonesia tengah sibuk rupanya."
"Aku udah gak disana lagi pak. Tapi di Ritz Carlton. Membuka wawasan baru kok pak."
"Klo gitu sekarang nduk menetap disini ya." Wajahnya tampak terdelong mikir sesaat.
"Klo di Plaza kan sebagai representatif dari hotel di Jogya."
"Oh iya pak, sekarang akau menetap disini."
"Klo begitu nduk jaga sehat kuat buat meraih sukses ya..."
"Terimakasih pak. Klo begitu ssaya permisi dulu nya pak."
"Iya nduk. Selamat jalan. Hati2 ya..."
"Iya pak. Bapak juga ya..." Senyumnya apik tenan lho. Lantas Okta melenggang meneruskan langkah di tungkai lencir kuningnya itu, yang kupandangi smp berbelok kiri di KK40.

Wednesday, January 16, 2008

Dhani



Alhamdulillah. Sore ini kedatangan jeng Dhani yang bukan cuma cantik anggun tapi juga manis budi bahasa. Hehe, duduk di pc # 15 sedari jam 18.14 selama 12 menit itu buat kirim email ke kantornya."Sudah oom, saya cuma kirim email ke kantor aja kok. Jadi klo diperlukan gak usah datang karena jauh."
"Duh untung dong klo bisa begitu." Tawaku senang. Tadinya malahan mo nanya kerja dimana, karena rupanya bukan di Plasa Indonesia seperti Okta. Tapi dengan sopan kutahan.
"Klo Okta dah lama ndak kesini ya oom?" Senyumnya.
"Iya tuh jeng Dhani. Sejak Idul Fitri baru sempat kemarin terlihat melintas."
"Iya oom, Okta pulangnya sering malam."
"Iya jeng. Tentu Okta dah cape dan perlu segera istirahat. Maaf, klo dari nada bicara kayaknya jeng Dhani ini dari Yogya juga ya?"
"Iya tuh oom." Tawanya serasi dengan busananya yang tampil eksotis beraksen kecubuing itu.
"Apa oom dari sana juga?"Ttatapnya demngan mata jeli rada menyelidik.
"Oh bukan. Klo oom dari Kuningan."
"Klo tante?"
"Klo tante dari Sukabumi. Tapi oom tau penggunaan bahasa Jawa sekedar buat pergaulan aja."
"Oh gitu ya oom. Bagus tuhn bisa buat banyak keperluan."
"Iya jeng Dhani, oom biasanya lakukan buat rame2in nulis di email atau blog aja kok. Ngomong2, beberapa waktu yang lalu oom melintas tempat kost. Lalu tampaknya Adenium lagi berbungan mekar indah. Gak tahan, lalu oom potretin aja. Kata Sapta sih, tanamannya Elia."
"Iya tuh oom. Elia memang suka kepada tanam2an bunga."
Dari Sapta oom dengar klo Sapta suka masak, klo Okta suka berbenah. Gak tau nih klo sicantik yang ini sukanya apa?"
"Klo saya gak punya hobby oom. Sukanya tidur."
"Klo suka tidur biasanya suka makan dan akan tampak kepada bagun tubuhnya. Tapi jeng Dhani ini bangun tubuhnya indah kok. Oh ya namanya Wardhani ya?"
"Bukan kok oom. Dhani Permatasari."
"Duh makasih ya. Oom jadi tau nih namanya yang cantik begini."
"Hehe,  gpp kok oom. Udah ya oom saya pamit dulu."
"Oh ya mari jeng, makasih ya. Salam buat Okta."
"Pasti saya sampaikan oom. Sampaikan juga salam saya buat tante. Selamat sore."
"Iya jeng, selamat sore. Istirahat yang nyaman ya."
"Iya oom. Terimaksih." Dan senyum cantik lembut itupun melenggang dengan ayunya, dibawah sebentuk tatapan pesona yang menembus kaca sebelah konter kasier.

Tuesday, January 01, 2008

Vee-tee




Gadis cantik kecil mungil imut ini ternyata kakak kandung Heny Febrianti. Yang namanya sosok kecil itu biasanya rame. Dan Fetty memang rame kok. Mana senang banget klo kugodain apa aja. Kukenal dia waktu gunakan wartel, di malam Jemuah, 22 Nov 2007 jam 22.00. Pas malaman yang besok paginya jam 06.45 aku terkena musibah crash-landing di wc nubruk tempayan itu lho. Dianya mah cuma ganda ketawa aja waktu kugodain. klo ketawa mata nya tampak sipit kayak celengan semar. "Huh aa mah, suka bisa aja deh." Keplaknya.