Thursday, February 28, 2008

Buat Dhani jam berapapun tentu kutunggoni.

Bunga nirwana


Tak lama atau di jam 21.15 Dhani kembali lagi lalu duduk di meja #15 lalu bertanya ke SAde tentang pelayanan fax. Kemudian menelepon rekannya sambil menyebutkan nomer fax Raisone. Tak lama 4 lembar dokumen terkirim dan diterima

Dhani, sang putri YK...

  Cahaya

Menjelang maghrib saat mau mandi sore, pintu dapur terbuka. Buat menjaga hil2 yang mustahal maka sebaiknya kututup aja ya. Ketika mendekat, dari celah garis pintu tampak seorang gadis berjinsbiru berkaus merah bule dengan rambut diekorkuda lagi bimbang mematutkan diri masih berdiri, lalu duduk diatas kursi didepan kompi #13 di jam 17.57. Selesai mandi aku ingin membuka Opera buat menjejak kota di Malaysia buat kugunakan member searching di Skype. Sambil menjinjing segelas kopi kuliwati saja gangway didepan gadis itu buat menuju ke kompi #4 satu2nya yang masih kosong.
Tiba2 gadis cantik bertubuh sintal semampai itu menyapaku.
“Selamat sore oom.” Ucapnya sambil tersenyum manis. Gurat wajahnya memang cantik ditunjang oleh postur yang impresif dan kulit yang kuning bersih.
Lalu dengan ragu kujawab buat tatakerama, “Selamat sore. Apa khabar? Kok udah lama gak kelihatan.” Tawaku sok akrab. Biasalah namanya juga pedagang jasa ya kudu ramah. Apalagi disapa duluan. Mana oleh gadis cantik ayu menawan mata dan rongga hati.
“Baik oom.” Tawanya dengan akrab.
“Mari, silahkan.” Tawaku seraya duduk sambil mikir2 siapakah gerangan dianya ini?

Selagi sibuk cari2 data pribadi yang tadi siang sempat kusimak tapi belum ketemu, katanya Kelantan deh,  gadis itu menyapaku, “oom, boleh tidak saya pindah.” Tanyanya sambil matanya memindai meja2 warnet. Tapi kebetulan lagi fullhouse tuh.
“Kenapa mbak?” Tanyaku sambil memandangi postur cantik menarik itu.
“Ini oom. Mouse ini susah buat dipakai ngeblok tulisan.”
“Mau nggak kalau pindah kemari?”
“Nanti aja deh oom.” Jawabnya sembari mikir. Agaknya dia tak nyaman hati karena tahu kalau kompi yang kutawarkan itu lagi kupakai. Aku lalu lanjut ngenet. Tak lama Yogi di meja #1 bangkit lalu bayar ke kasier. Dan gadis itu langsung memindahkan bawaannya di meja#1. Kemudian menuju ke kulkas minuman dan diambilnya sebotol soda.
Dia tampak sibuk dengan berkas2 yang dibawanya dan beberapakali calling via hape. Tapi vokal yang keluar dari bibir cantik mungil itu rasanya kukenal kok. Lalu masuk lagi Yogi bersama Lina yang duduk di #2. Hehe, Yogi menyapa sicantik. Kok akrab dengan Yogi? Apakah dia kost di Menaragading juga ya? Tapi tampaknya tak akrab dengan Lina. Yogi lalu duduk di meja #6. Selagi aku semakin asyik aja menatapi postur dan gerak bibirnya. Datang 2 orang yang mau make kompi. Tersedia #13, hehe buat yang satu lagi aku kudu merat dong. Setelah ku close semua site yang kubukia, aku lalu begeser ke konter kasier. Nah disitulah aku baru tersadar....

“Maaf. Ini Dhani ya?” Sapaku buat konfirmasi.
“Iya oom. Kan tadi oom dah bilang iya Dhani.”
“Nggak ah. Tadi oom bilang selamat sore apa khabar, tapi gak sebut nama Dhani kok. Duh maafin oom yang gak segera ngenalin Dhani mya nduk.” Tawaku dengan malu.
”Nggak apa2 kok oom. Saya yang terimakasih sama oom.” Tawanya dengan huayu dan ma’ruf. Duh Dhani nduk Yogyakarta ini memang ketoro nyoto tatakrama priyayi inteleknya. Di jam 20.17 Dhani selesai entah karena temannya datang. Setelah membayar, lalu kutatapi langkahnya saat melintas di transparansi dinding kaca depan. Tapi itu botol soda yang baru tereguk sepertiganya langsung ditinggalkannya diatas konter. Agaknya tahu aja Dhani klo aku memang lagi butuh soda buat menyamankan sengal di pinggangku karena kebanyakan duduk.



.