Friday, March 10, 2006

Perdamaian?


Kegalauan ini harus segera berakhir. Harus ditempuh upaya damai agar terjalin lagi tali silaturahim diantara aku dan diajeng. Habis mau gimana lagi? Iya sih surga yang kucari tapi neraka yang kudapat. Namun akunya tetap aja kudu bersyukur, sebab baik surga maupun neraka keduanya sama2 ciptaan Allah SWT yang mkenjadi bagian dari jalan hidupku yang kayaknya memang kudu begitu. Hawa surga itu pernah hadir sesaat di 12 Okt 2005 tatkala aku bilang aku terpesona kepada diajeng. Namun sejak 3 hari kemudian sampai sekarang sudah berubah menjadi neraka dingin yang gak kumengerti akan makna yang tersimpan didalamnya. Pernah terpikir untuk menemuinya gimana aja caranya. Kusapa lalu kubilang, "Aku menyadari kalau diajeng entah marah atau benci kepadaku. Tapi aku mohon tolong dijelaskan perihal kemarahan atau kebencian itu. Aku mau lakukan apa saja asal diajeng mau memaafkanku. Kalau diajeng menghendaki aku mau menciumi kakimu asal sebelumnya aku boleh merawat kesehatan, kebersihan dan keindahan kakimu untuk menghindari batuk. Lalu jelaskan apa kesalahanku. Setelah itu kita sambung lagi tali silaturahmi dengan selayaknya."
Tapi Rahma, 16 tahun anak Bekasi yang punya daya bathin itu bilang,
"Pak, biasanya kaum lelaki itu suka jaga imej. Tak terbayangkan menciumi kaki untuk satu maaf. Agama kita juga gak mengajarkan hal demikian. Percaya deh sama Rahma, Bapak punya harapan kok"
Weleh weleh weleh, sepagi ini aku digilas habis sama anak SMIP Kalimalang yang masih bau kencur?
"Maksud kamu?"
"Dia juga kayaknya memikirkan bapak."
"Kok?"
"Karena bapak banyak memperhatikan dia. Kayaknya akan mesra sih tapi tapi gak sampai nikah."
"Kenapa?"
"Kan bapak punya ibu."
Iya juga sih, keserahanku seperti kayak yang kalau alam ini sudah mendekati saat layung senja dah mau masuk ke peraduannya. Sudah tamatkah segala nilai dasar kejuangan yang sejak dulu senantiasa berkobar di dada kerempeng itu? Ayo dayung saja, agar cepat sampai ke pulau impian.

No comments: