Friday, August 22, 2008

Huh, sedil...



Di jam 16.15 selagi duduk dianjungan rohto, tampak Fika anak pak Salam yang tengah hamil sedang 5-6 bulan melintas. Tentunya kusapa secukupnya. Dari arah Menaragading melintas 2 sosok, Ajeng dan Etty. Etty mengenakan kaus oblong oranye (oren klo kata Gaby mah) dengan celana panjang putih. Sementara disebelah kirinya Ajeng tampak kuning bersih di tumit betis lengan dan leher yang menggiurkan, kayaknya baru habis mandi sore lalu turun menara mencari makan. Dari belakang kulahap habis keindahan pantat onggel yang ditutupi celana abu2 sebatas lutut. Tubuhnya ditutupi kaos polomax hitam yang pas ditubuhnya yang kukuh lentur indah. Sementara kakinya mengenakan sandal kulit teple yang cantik. Rambutnya yang pendek diikat bando.

Sayang kamera ada dilantai atas, tapi akan kuambil buat menjepretnya disaat balik. Meski ditungguin smp saat maghrib juga belum nongol tuh. Padahal tadinya mah niat motret itu biar gak mungkin dapat mukanya juga pantatnyapun jadi. Huh, sedil pisan. Hehe.

Sunday, August 17, 2008

Kok sekarang dipanggil ibu ya.



Chici Pelangi baru saja meninggalkan temannya diatas Myo yang ngejegang di KK31, lalu masuk ke warnet buat melihat pc nya yang terkena virus tengah dikutak katik oleh Ade. Meninggalkanku sendirian dianjungan rohto sambil kukulisikan menepuki gerombolan nyamuk musim panas yang asyik aja mengeroyokiku. Sekira jam 19.20 seorang mbak bertubuh tambun menyerukan salam, "Darimana bu." Kepada dua sosok bayangan yang menuju kearahku duduk. Ternyata Ajeng dan pengawalnya Etty. Ajeng menjawabnya dengan tertawa sambil melayangkan pandangannya sekilas kearahku duduk. Sosok pesona berkulot gelap dengan blouse toska dan bando senada dirambutnya tampak bening airmukanya. Begitu juga kakinya disepasang sendal jepit putih itu. Aku ambil sikap  mencuekinya saja sambil tetap sibuk gegaruk. Sementara dari bayangan mata, Etty serasa seblu memperhatikan sikapku. Duh Etty, habis akunya kudu gimana lagi atuh? Ternyata mbak bertubuh tambun itu juga bermukim di Menaragading. Tapi kok Ajeng sekarang dipanggil ibu ya?