Saturday, March 18, 2006

Adakah mata membolak tanda tengah merekam imej?


Lepas waktu Dhuhur tiba2 turun hujan yang cukup lebat, kasihan mas bakso dibelakang rumah yang gerobaknya hanya ditutupi payung medium. Selagi masih hujan, aku, isteriku dan Sarah ke RM Sunda untuk makan. Selesai makan, selagi ngopi sambil ngudud, tiba2 mas Harto memberi kode sambil menunjukkan jempol kearah belakang. Kutinggalkan Sarah sendirian karena isteri tengah mengobrol dengan Ayu di meja #8. Lalu aku bergegas ke KK40 sambil mata memindai jongko2 pedagang makanan.
Lalu masuk ke KK31, lantas dirumah makan Nani tampak ada kepala berambut pendek berkulit kuning mengenakan blus entah kaus merah. Tapi juga bukan. Aku berdiri didepan kios Lutfi, lantas tampak belakang diajeng tengah belanja di jongko mie goreng. Kuperhatikan berlama tampilan kakinya yang mengenakan sendal, diatasnya tampak celana pantai yang agak kebesaran lalu tubuhnya ditutup dengan sweater hijau toska. Tak berani memandanginya ber lama2 takut sejumlah mata mengikuti arah dari pandanganku. Lutfi menyapaku, "Oom?" Tanyanya pendek.
"Ini mas, sekarang ini masa berlaku isian pulsa masih sebulan atau 2 bulan ya?"
"Kenapa oom?"
"Biasanya ngisi pulsa sebulan sekali, tapi sekarang sudah liwat seminggu hapeku masih aktif."
"Sekarang masa aktifnya dua bulan oom."
"Hemmmh, pantas kalau begitu."
Aku lalu menengok kearah diajeng di sejarak 3 meteran itu.
Ternyata diajeng tengah menengokkan kepalanya kearah kiri dan tentunya pandangan kami bentrok. Kuanggukkan kepalaku dengan halus kearah wajahnya yang tampak lembut dengan mata bolak. Alhamdulillah, mata membolak artinya diajeng tengah menatapiku, ibarat lensa kamera yang tengah merekam sosok dan tampilanku.
Aku ingiiiiiiiiiiiiiiiiinnnn sekali menyapanya, tapi kudu kutahan takut diajeng malah marah. Bukannya trauma, namun sebagai tindakan berjaga saja.
Makanya juga selagi sepersekian detik diajeng masih mengarahkan pandangannya kearahku, segera kualihkan pandanganku kembali kearah Lutfi yang tengah melayani pembelian pulsa elekrik.
Subhanallah, entah bagaimana sebetulnya perasaan dan sanubari diajeng, karena sekali ini sikapnya jauh lebih lembut bahkan ada tanda2 halus akan sikap persahabatan. Kriut bibirnya samar mengguratkan senyuman. Patutkah aku menyapanya dengan resiko diajeng marah lagi karena disapa ditempat umum?
Diajeng tampak menerima bungkusan kresek hitam lalu berbalik sambil mengembangkan payung kuning nya kemudian mulai berjalan lembut sambil menunduk. Sekali mata bolaknya terangkat agaknya menatapi sosokku yang tumben sekali ini mengenakan kaos yang dimasukkan kedalam pantalonku, mana bergesper Dunhill lagi yang kalau kata Wandi tampak pantas. Diajeng kembali jalan menunduk dan tampaknya bahu kanannya turun sedikit seperti yang lagi minta jalan. Yaa Rabb, aku ingin sekali menyapanya dalam jarak sedekat itu. Tapi kan aku telah berjanji dalam hati untuk tidak menyapanya didepan orang banyak siapapun diareal jalur lintasnya apalagi pertigaan KK40/31 itu. Aku takut diajeng akan merasa malu lagi, yang akhirnya akan menjauhkan sanubarinya lagi dari kehadiranku yang dengan susah payah kubangun selama 7 bulanan.
Ahirnya dari pertigaan kutatapi lenggangnya yang tengah menuju ke rumah kosannya. Tiba2 terdengar nada standar Nokia tanda ada sms masuk. Segera kuraba kantung pantalonku dan ternyata hapeku tertinggal di RM Sunda. Aku langsung saja bergegas dan dimeja #2 hape masih tergeletak disana. Untungnya Sarah belum beranjak dari meja #2 itu. Entah juga kalau dianya sengaja menunggui buatku. Makasih ya Sarah.
Kulihat jam dinding yang menunjukkan tanda waktu pada jam 14:41. Padahal aku ingin tahu saja andai kutunggui langkahnya sampai masuk ke gerbang menara gadingnya, akankah diajeng menengok sekali saja kebelakang? Kalau iya bearti harapan dan peluangku untuk bersamanya menjadi kian nyata.
Yaa diajeng Fiona, ana ukhibbuki fillah. Buka hatimu untuk menyambung tali silaturahmi agar bisa kita petik hikmah dan manfaat dari kebersamaan di jalan Allah SWT. Amiiien Yaa Rabb.

No comments: