Monday, April 03, 2006

Berburu ke padang datar dapat rusa belang kaki.


Menunggu adalah situasi yang menyedihkan kalau tidak membosankan. Apalagi klo disertai dengan suasana hati yang sepenuhnya harap2 cemas. Dan yang paling kutunggu tunggu adalah "penampakan" diajeng untuk sekedar kunikmati bagaimanapun tampilan pesonanya. Biasanya aku juga dah menyiapkan daftar rincian apapun dari diajeng di yang tampak mata maupun yang tersembunyi dibalik rautnya. Setelah tampilan nuansa biji saga 23 Maret yang lalu, hari ini aku memaksakan diri menunggui lintasannya sejak jam 7 pagi. Sambil tulas tulis hal2 rutin diatas meja juga sudah tersedia 3 macam minuman, segelas teh hangat, segelas susu hangat dan sebekong (mug) teh yang masih panas ditemani oleh sepiring pisang nangka kukus. Tapi buat nyarap aku malahan memilih pesan mie-ayam Jaguar. Tepat jam 08:27 diajeng tampak melintas dengan penampilan yang masih belum sesegar biasa nya. Langkahnya tangkas tapi tampak masih sedikit layu. Rambutnya tampak kering, agaknya flu nya masih terasa. Berkemeja cantik warna kunyit bermotif daun2 kecil dengan warna yang lebih merah cerah. Gaunnya hitam bersepatu kuning motif kulit ular. Tangan kanannya menjinjing tas kantoran nya. Agaknya suasana hatinya masih "nguyung" karena flu. Makanya tampilan nya juga belum seperti Srikandi. Alhamdulillah. Nuhun Gusti masih berkesempatan memandang lagi diajeng meskipun hanya sepintas lalu saja. Cuma saja selepas tampilan diajeng, mataku langsung berat tak tertahankan. Dalam tidur 90 menit itu aku bermimpi tengah membawa senapan berburu dan berhasil merebut simpati seorang gadis yang tengah diliputi rasa bimbang yang terpaksa harus ikut "boz" atau ikut aku yang siap melakukan perjalanan. Tampak gadis berkaos tangan panjang hitam bergaun biru tua itu berbaring di jok kursi panjang. Sambil meremasi jari kakinya aku membujuknya untuk ikut. Hehehe, mungkin aku kesengsem ya, karena bentuk kaki dan jemarinya itu sperti miliknya diajeng. Alhamdulillah sigadis itu memilih ikut denganku. Aku terbangun jam 10 lalu memanggil Wandi dan menyatakan akan melakukan perburuan sebagai ihtiar nyata. Bukan cuma sekedar ibarat menunggu turunnya hujan dilangit. Pokoknya ingin berusaha nyata sambil berdoa. Ora et labora. Gituh.

No comments: