Friday, January 12, 2007

Dari Lina sampai Etty


Bakdal Jumat disat cuaca lagi panas2nya tampak Lina melintas sambil memegangi payung fantasi hijau toska yang biasa disimpan ditas ngantornya Fiona.
"Mau kemana Lin?" Sapaku sambil menertawaikannya yang wajahnya bingung lucu aja.
"Mau nelepon Beh. Babeh sih wartelnya belum jalan. Klo mo nelepon aku kudu ngider deh." Kekehnya sambil kunyem kecut.
"Fi kayaknya mau jalan tuh Beh. Tungguin aja." Kutanggapi dengan tertawa saja sambil menatapi langkah lesunya mengarah ke pertigaan KK XL.

Sudah malam begini tapi cuaca masih panas aja. Jam 20.58 selagi ngadem di beton rohto tiba2 dari arah Menaragading ada sapaan dibelakangku.
"Permisi pak." Saat kutengok tampak Etty yang mengenakan busana senam hijau pastel.
"Mau kemana neng?" Jawabku hangat. Sekilas tampak sosok endah melintas dibelah kiri jauh. Tubuh Fiona dibaluk jaket blue-jean denim kotak kental. Rambutnya mumbul rapi kayak simbar singa Masai. Bergaun kuning temen dengan kembang kecil2. Kayaknya keduanya mau makan malam deh. Lenggang lembut Fiona itu kakinya dialasi sandal teple kulit berwana kuning yang serba nyurup dengan pakulitan dan tungkainya yang elok.
"Mau kedepan pak. Lagi ngadem ya pak?"
Tawa Etty sambil menekuk bahunya seperti yang minta jalan.
"Iya neng. Hawa panas sekali." Kekehku sambil melambaikan tangan kananku.
Etty lalu bergegas menyusul lalu didepan rumah nomer 33, Fiona tampak memalingkan wajahnya kearah Etty. Huh, sampai kapan suasana stagnan bisu ini akan berakhir.
"Suka kasihan aja. Rupa indah itu kudu ditekuk entah kenapa lagi. Masa sih dah setahun lebih begini dianya masih tetap benci?" Bisikku serius kepada Wandi.

No comments: