Monday, October 06, 2008

Okta



Duh hampir aja lupa, klo beberapa waktu yang lalu di malam Ramadhan 1429H ini. Sekira jam 20.15 selagi duduk2 dianjungan rohto bersama Evan, melintas satu sosok ayu yang sempat ditanyakan Evan, "Babeh kenal gak cewek yang mau liwat itu?" Buat menengok ke belakang tentunya abah risih buat jaga etika dan tatakrama. "Yang mana Van?" Tanyaku. "Itu yang lagi jalan dibelakang babeh." Makanya kutunggu aja toh bakalan liwat ini.

Gak lama, satu sapaan halus datang dari arah belakang menuju ke Menaragading.
"Selamat malam bapak..." Hehe dari gaya jalan dan swaranya tentu nduk Okta.
"Selamat malam nduk Okta. Baru pulang?" Jawabku dengan sapaan standar Raisone.
"Iya bapaaak. Gimana khabar bapak, baik?"
"Alhamdulillah sehat. Nduk sendiri gimana?"
"Alhamdulillah. Saya juga sehat bapak." Tawanya dengan cantiknya.
Iya dari sosoknya yang jangkung kayak model itu, keayuannya menunjukkan kesehatannya. Blouse kaus yang pinky, jeans yang biru mahal dan sendal kenip bertali putih yang membalut kakinya yang indah. Dan tentu saja rambut hitam gompyoknya yang dibiarkan tergerai dibahunya yang punya leher jenjang itu.
"Duh bapak ingat aja masih punya utang janji buat makan malam bersama nduk Okta."
"Iya bapak, tapi kan kita masih banyak waktu." Tawanya mengelak.
Duh kayak apa cantiknya geligi itu dikala mengunyah makanan atau disaat mereguk minuman.
"Mari bapak. Saya pulang dulu."
"Oh mari nduk. Monggo selamat beristirahat ya."
"Iya bapak, terimakasih." Senyumnya seraya melenggang indah meneruskan jalannya.

"Kok babeh bisa kenal dia. Gimana caranya beh?" Bisik Evan seraya mereguki gaya jalan macan lapar itu sampai menghilang dibalik pintu masuk Menaragading.
"Yah Evan. Babeh kan pengusaha warnet wartel." Tawaku, meski gak sembari tepuk dada juga.
"Dah lama kenalnya beh?" Menung Evan dengan masyuknya.
"Lama juga, malahan babeh lagi punya janji buat makan malam bersamanya lho."
"Waaaaahhhh, ajak2 dong beh. Klo sama dia mah Evan juga mau tuh. Tau gak beh, asal dia liwat selalu menjadi obyek tatap kagum kami bertiga, Evan Ade Fatrah. Pokoknya asal dia liwat, sepenting apapun obrolan kami bertiga, kami tentu terdiam. Sambil ngebayangin apa yang ada di pikiran cewek yang bermuka dingin itu. Sungguh baru sekali ini Evan melihat tertawanya."
"Husss kamu mah. Inginnya sih dia jatah babeh. Umurnya 27, sedangkan kalian belum 23. Gak nempil dong. Jangan lupa lho, babeh sayang dia." Godaku.
"Lho kok babeh sih?" Plongonya entah apa yang dia bayangin saat itu.
"Dia gadis yatim sejak umur 2 taun Van. Babeh kagum sama ibunya yang gak nikah lagi. Tadinya dia kerja sebagai liaison-officer satu hotel negara di Jogya. Sekarang dia kerja di hotel swasta di kawasan Kuningan. Makanya klo pulang malam2 begini. Dah cape, en tentu klo boleh babeh bisa merawatnya dengan sebaik2nya tuh. Perlu nohapenya gak Van?" Godaku sambil meninggalkannya karena ada pelanggan yang mau membayar. Hehe, bandot muda yang lagi nunggu saat2 wisuda S-1 Fikom itu jatuh tercenung dalam diam.

No comments: