Thursday, March 20, 2008

Nduk Dhani



Tadi tuh ya di jam 20.00 ketika lagi duduk ngadem di anjungan rohto sembari nyeruput segelas jus jambu batu merah dingin. Seunit motor berpenumpang 2 orang berhenti didepan Raisone. Lalu sesosok dara langsing kuning cantik tersenyum, '"Selamat malam oom. Wartelnya buka ya oom?"
"Eh nduk Dhani. Selamat malam nduk. Iya wartel buka tuh nduk." Jawabku. Sementara Dhani ke KBU #1, temannya memarkirkan motornya lalu tegak bersandar ke motor menunggu nduk Dhani. Aku lalu mengajaknya duduk dianjungan satunya didepanku, dan dengan sikap santun dianya mendekati seraya menenteng helmnya.
"Udara panas sekali ya." Kubuka saja obrolan ringan.
"Iya nih oom. Kayaknya hari ini gak hujan deh." Tawanya.
"Iya rasanya memang nggak, Tapi kemarin2 meski hujan juga tetap aja sumuk." Kekehku.
"Iya oom, hawa sekarang semakin panas aja." Tawanya menimpali.
"Untung juga simas memakai helm ya. Klo gak kan kulit kepala bisa lumer meleleh tuh." Godaku kepada cowok muda ghuanteng ini yang disambut dengan tawanya.
"Tinggal dimana?"
"Di Mampang oom."
"Mampang mana, Perapatan atau Buncit?"
"Buncit oom."
"Udah lama tinggal di Buncit?" Kenangku akan Suparmin teman semasa SMAku dulu.
"Baru oom, belum sebulan."
"Pindahan darimana?"
"Tadinya di Pondok Gede oom." Jawabnya dengan ringan.
"Pondok Gede yang masuk ke Bekasi atau Jakarta?"
"Perbatasan sih oom. Jatiwaringin dan Asrama Haji kan masuk Jakarta Timur oom." Tawanya.

Tak lama sinduk Dhani sudah selesai menggunakan jasa wartel, lalu datang menghampiri.
"Long wiken, kirain nduk Dhani berlibur ke YK."
"Nggak kok oom, tapi tadi bapak datang. Tapi sekarang sudah pulang lagi."
Tawa sinduk dengan cantik sumringah serasi dengan busana yang dikenakan pas di seliranya. Mengenakan jins coklat luntur dan longsleeve t-shirt berwarna coklat kehijauan. Kakinya yang kuning bersih cantik itu mengenakan sendal jepit kulit teple khas YK yang cerah kekuningan.
"Mari oom." Senyumnya nyopan seraya permisi yang diikuti oleh temannya.
"Iya mari nduk. Selamat istirahat ya." Senyumku seraya nyaman menatapinya.
Keduanya lalu berboncengan buat ke Menaragading yang hanya terselang rumah sebelah kiri dan masjid itu. Duh hebatnya adab sicantik itu, meskipun sinduk bisa aja jalan kaki 15 meter aja. Tapi begitu dia hargai sosok temannya dengan ikut berbonceng di motornya. Beruntungnya dia. Inilah sosok wanita berbudaya luhung, yang tahu ngadiseliro yang kecantikan pisiknya selaras dengan kecantikan bathinnya. Subhanallah. Tentu terlahir dari satu pohon keluarga linuwih.

No comments: