Friday, April 07, 2006
Riri
Jam 21:50, Riri masuk bersama temannya yang berbusana kaos long-sleeves hitam dengan jins hitam tua yang duduk di pc #4. Gadis rada jangkung berkulit eksotis ini9 melontarkan sapaan, "Selamat malam pak." sambil manggut dengan sopan. Iya sih rasanya kali ini kunjungannya yang ke 3. Sementara Riri duduk di kursi meja #5, tampak rada gelisah sambil sesekali melontarkan pandang tajam ketempatku duduk di pc #8.
"Selamat malam non. Apa kabar?"
"Baik pak." Jawabnya sambil duduk melontar seulas senyumnya dengan manis.
Tiba2 Riri bangun lalu mengarah ke kulkas, lalu tiba2 terdengar meraung disusul dengan bunyi botol pecah berderai. Aku segera memburu dan tampak Riri tengah membukai teh botol ke 2 yang ditaruhnya diatas kulkas sementara matanya menatapi serakan beling botol hijau Sprite kosong.
"Waduh maaf ya pak, mas. Saya nggak sengaja." keluhnya, sambil berjongkok buat memunguti beling.
"E-eh, biar aja non. Lebih penting kamu tidak terluka." Kulihat kakinya beralaskan klompen kulit coklat muda dengan bantalan karet yang tebal.
"Makanya naruh botol kosong dilantai biar aman." Kekehku ke Jamal.
Jamal tampak menyapu pecahan beling yang terserak sampai ke jalam masuk ke konter kasier.
Riri lalu meminta sapu itu buat menyapu pecahan. Hehehe, gadis ini tampak rada gugup.
"Biar Jamal aja non."
"Biar saya aja pak. Saya jadi nggak enak udah nyusahin."
"Gak apa2 non. Ini mah resiko usaha yang penting kamu aman saja."
Lalu sambil menjinjing 2 teh botol dingin Riri mendekati temannya yang lagi membuka Yahoo.
Aku juga kembali duduk ke meja #8. Riri tampaknya membuka pc #5.
"Punya alamat email?" Sapaku.
"Punya pak." Jawabnya sambil memandangku.
"Kalau perlu bantuan bilang ya." Dianya manggut. Hihhh, kayaknya dia risih deh bertatapan langsung denganku. Aku tahu Riri tentu risih hatinya kepada diajeng sang komandin menara gading.
"Coba periksa apakah kaki kamu tidak terluka. Takutnya ada pecahan beling yang mengenai kaki."
"Tidak kok pak. Saya mengenakan sendal tutup."
"Maksud saya betis kamu. Letupan botol pecah suka melontarkan beling halus ke betis."
"Nggak kok pak. Saya tidak apa2." Tawanya rada hangat sambil menatapi ringan2.
"Alhamdulillah. Takutnya kalau kamu terluka kita dituntut karena peristiwanya di wartel."
"Wah masa sih pak." Kekehnya disertai senyum temannya yang menatapiku dengan wajah lucu.
Selagi Riri mengembalikan botol kedekat kulkas, yi Maman masuk dan melaporkan baru pulang. Kubisikan siapa Riri dan yi Maman bilang kalau dianya juga pelanggan RM Sunda.
Lalu yi Maman bilang kalau jam 14-15 diajeng melintas kearah Thamrin bersama temannya yang berbusana ngantor. Klo diajeng berbusana santai kaos kelabu tangan pendek dengan rok putih.
"Gak ngantor dong yah?"
"Kayaknya nggak deh."
"Bawa tas besar nggak yi?"
"Cuma makai sendal kok."
Alhamdulillah. Artinya long week-end Sabtu Minggu Senin ini diajeng gak ke Pekalongan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment