Friday, April 14, 2006
Malam macan purnama?
Semalam itu Jum'at apa ya? Sedari jam 01 mataku sudah berat lalu mulai terlelap sambil wiridz namun sampai 05:45 aku sama sekali gak bisa tidur. Kebiasaan jelek kalau ambu lagi suwung, ternyata aku gak bisa tidur sendirian. Jam 02:10 shalat muthlaq 2 rakaat, lalu baca surat Ar-Rahman disambung surat Al-Yaasiin. Karena lapar lalu makan nasikuning dengan sambal dan ikanmas goreng sisa makan malam. Disebut nasikuning bukannya karena bumbu kunyit yang bagus buat memperbaiki kondisi lambung tapi sisa nasi di magic-jar yang warnanya sudah kekuningan kelamaan habisnya karena selalu numpang makan di RM Sunda. Setelah itu kembali berusaha tidur sambil wiridz menjelang tidur seadanya. Namun hihhh, tetap aja mata nyalang dengan pikiran yang entah bergentayangan kemana mana terutama ke salah satu kamar kost menara gading.
Padahal malam ini belum termasuk terang bulan purnama karena bulan belum bulat sempurna dan cahayanya juga masih terhalang awan kelabu yang mengandung hujan.
Kalau saja terang bulan purnama, aku juga ingat aja ceritera Apa Rais yang ditahun 1948 berjalan kaki bertiga dengan wak Mi dan wak Jambul dari Jakarta ke Kuningan melalui jalur Bekasi Karawang Subang Pagaden terus ke Kuningan. Perjalanan nekad itu dilakukan karena Apa Rais tengah dicari NICA karena ikut berjuang melawan Belanda. Perjalanan dilakukan dengan berpedoman kepada rel kereta api jalur Pantura dan menghindari jalan raya untuk menjauhi pandangan orang dan endusan kaki tangan NICA dan kejaran tentara pendudukan di aksi polisionil kedua.
Ceriteranya di hutan jati Subang Pagaden, mereka dikawal oleh seekor macan berbulu putih sebesar anak kerbau yang dimalam terang bulan purnama tampak seperti perak. Sebelumnya menjelang 'Ashar mereka bertemu seorang kakek misterius dipinggir hutan yang menjamu ketiganya dengan sebutir kendi kecil berisi air dekil seperempat kendi didalamnya. Namun bisa sangat memuaskan dahaga sampai sekenyang2nya lalu ketiganya tertidur dengan sepulas2nya. Baru bangun menjelang Maghrib untuk meneruskan perjalanan. Selepas Shubuh baru bertemu dan dijemput oleh para pejuang di sebuah kampung dekat hutan jati geledegan (pohonnya besar2) itu. Subhanallah.
Wak Mi (kodenasab A.2.2) wafat tahun 1974, wak Jambul tahun 1976, Apa Rais (kodenasab A.2.7) tahun 1984. Kodenasabku A.2.7.1, lihat URL http://pancakaki.blogspot.com/ Seri A.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment