Sunday, April 23, 2006
Macanganjen.
Wandi masih libur di Sukabumi semoga besok pulang. Mana Ade baru bisa datang malam karena lagi sibuk dilapangan. Selagi menggantikan Jamal jadi operator sambil manfaatkan sound-system Kebab mencoba mendengarkan kaset Julio Iglesias, namun aku tak tahu pengoperasian mikro-kompo JVC CA-UXP38V. Manakala kukembalikan kaset ke mikro-kompo LG, mataku serasa tersedot magnit buat mengamati gerobak bakso mas Marno. Rupanya dijam 15:15 diajeng tengah membeli bakso bungkus bersama temannya yang mengenakan kaos panjang pink. Diajeng sendiri mengenakan blus coklat yang cantik dipadu dengan celana Hawai-i yang lucu. Rambutnya disanggul dengan apik. Alas kakinya sandal jepit biru hitam, memperlihatkan jemari yang bersih dan jempol kanan yang bagus. Meskipun warnet tengah ada user 5 orang, aku nekad aja duduk dan membakar rokok sambil mengamati diajeng dari celah jendela yang kebetulan terbuka gordinnya. Nanap kureguki wajah ayu dengan alis bulan sabit dan bentuk jemari tangan kanan yang rapi dan seperti biasa bersidakep ditangan kirinya kalau sedang menunggu. Sesekali tampak diajeng berbisik ke temannya yang menyambutinya dengan tawa yang tersembunyi dibalik jongko bakso. Kewatir ada yang mau bayar aku kembali ke depan sebentar, lalu balik lagi ke posisi pengamatan meneruskan duduk sambil merokok dengan hati yang berdebar. Maafkan kelakuanku ya jeng, habis kangen berat sih. Sesekali sorot matanya juga menembusi celah jendela kearah posisi dudukku. Sayang bentuk bibirnya tak kelihatan terhalang atap jongko. Dengan begitu senyuman yang teramat kurindu itu tak tampak meskipun kualitas raut wajahnya tampaknya lagi mudah senyum. Begitu selesai sepenerima bungkusan bakso diajeng tampak hadap kiri, lalu berjalan mengikuti temannya mengarah ke menara gading. Sungguh 5 menit yang fantastis membahagiakan. Selesai kumatikan rokok lalu kedepan karena kudengar printer LX-800 bekerja tanda ada yang baru selesai nelepon. Seorang lelaki tampak keluar menuju taksi yang menunggu. Kuambil struk sambil membaca jumlah Rp.2.557. Ketika kupanggil dianya memberikan sekeping koin 500, sambil bilang kalau dianya telah meninggalkan uang sejumlah Rp.2.900 dimeja konter. Subhanallah. Segera kuselesaikan dengan mengembalikan kelebihannya 300 perak dengan saling melontar kata maaf. Alhamdulillah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment